Page 16 - VETNESIA EDISI 33
P. 16
LIPUTAN KHUSUS
4. Koordinasi dengan instansi divaksin
terkait penerbitan SKKH, hasil
ujil aboratorium dan menjaga
area yang masih bebas dari
rabies
5. Melakukan pemantauan HPHK
(Hama Penyakit Hewan
Karantina).
Persyaratan pemasukan dan
pengeluaran HPR antar area
antara lain sertifikat veteriner dari
daerah asal, sertifikat kesehatan
hewan dari karantina pengeluaran,
buku vaksinasi (area bebas
dengan vaksinasi dan tertular),
melalui tempat pengeluaran/
pemasukan dan diserahkan Memasuki sesi kedua, materi Materi berikutnya disampaikan
petugas. Sinergisme Barantan selanjutnya disampaikan oleh Prof. oleh drh. Hendra Wibawa, M.Si.,
dalam mitigasi risiko penyakit Dr. drh. Suwarno, M.Si mengenai Ph.D. mengenai Peran BBVet
hewan dengan melakukan Penyakit Rabies dan Bahayanya Wates dalam Surveilans Rabies
koordinasi, pengawasan, serta Perkembangan Terkini di di Wilayah Bebas Rabies di
peningkatan skill, vaksinasi dan Indonesia. Menurut WHO (2021) Jawa. BBVET setiap tahunnya
pengawasan terhadap penyakit Rabies merupakan penyakit viral, melakukan surveilans terhadap
hewan. zoonosis dan dapat dicegah penyakir rabies di wilayah kerja
Pemateri yang ketiga oleh drh. dengan vaksinasi. Puluhan ribu BBVet Wates (Provinsi: Jatim,
Agung Suganda, M.Si. dengan orang meninggal/ tahun di Asia & Jateng, DIY) dengan tujuan untuk :
materi Efikasi dan Potensi Afrika, lebih dari 150 negara dan • Mendeteksi sedini mungkin
Produk Vaksin Rabies territorial terinfeksi. Penularan kemungkinan keberadaan virus
Indonesia. Pusvetma memiliki rabies 99% ditularkan oleh anjing, rabies pada HPR di wilayah kerja
tugas melaksanakan produksi, dimana 40% gigitan anjing gila BBVet Wates
pengujian, distribusi, dan terjadi pada anak < 15 tahun. Hal • Menunjukkan keadaan /status
pemasaran serta pengembangan inilah perlunya peran kolaborasi bebas penyakit
produk vaksin, antigen, antisera, multisektor dan one health. • Mengetahui status kekebalan
diagnostika dan bahan biologis Pemerintah perlu memikirkan HPR di daerah bebas terutama
lainnya. Pusvetma telah penggunaan vaksin aktif atenuasi daerahdaerah terancam dan
mendapatkan izin dari Kementan untuk mengebalkan reservoir/ daerah berisiko tinggi
dalam usaha produsen obat satwa liar pembawa rabies. • Mengidentifikasi faktorfaktor
hewan, izin usaha importir dan izin Produksi vaksin inaktif dalam risiko terhadap penularan
eksportir obat hewan. Rencana negeri perlu ditingkatkan guna penyakit rabies
kebutuhan vaksin rabies untuk ketersediaan vaksin. Kombinasi
anjing selama 20192030 vaksin inaktif dan aktif atenuasi Hasil surveilans penyakit rabies
diperkirakan sebanyak 30.882.148 akan dapat mengcover >70% di daerah berisiko tinggi (RBS) di
dosis untuk populasi anjing yang popupasi HPR. Vaksinasi dapat wilayah kerja menunjukkan negatif
diestimasikan sebesar 10.943.918 menghentikan penyebaran rabies (tidak ditemukan virus) dan tidak
ekor di daerah tertular berat, pada hewan dan menyelamatkan ditemukan kasus gigitan dan klinis
sedang dan ringan. Halhal yang jiwa manusia dari kematian akibat terkonfirmasi. Terdeteksi hasil
harus diperhatikan saat gigitan HPR.
pelaksanaan vaksinasi adalah :
1. Menjaga rantai dingin vaksin
selama pelaksanaan vaksinasi
di lapangan
2. Hewan harus sehat (tidak
sedang dalam masa inkubasi)
3. Cakupan vaksinasi minimal 70%
dari populasi HPR, diulang tiap
tahun
4. Dosis vaksin yang disuntikan
tidak boleh kurang dari 1 ml SC/
IM
5. Pencatatan dan pemberian
identitas pada hewan yang telah
September 2021 16