Page 40 - VETNESIA EDISI 34
P. 40
RISET DAN KASUS
Metode pengujian Brucellosis
Ada beberapa metode uji yang
digunakan dalam mendeteksi
Brucellosis. Rose Bengal Test
(RBT) merupakan screening test
untuk Brucellosis. Indonesia
memutuskan menggunakan 2
metode uji secara seri, screening
test dengan RBT sebagai
pengujian tingkat pertama, dan bila
Gambar 3. Kerbau Jarafabadi (kiri) dan kerbau Kalang (kanan) hasil RBT positif uji, dilanjutkan
dengan pengujian lanjutan dengan
terkontaminasi Brucella sp. juga mengisolasi Brucella Complement Fixation Test (CFT).
Brucellosis menyebabkan aborsi melitensis biovar 3 dengan sampel RBT memiliki sensitifitas uji yang
foetus dan membawa kerugian uji swab vagina kerbau. tinggi tetapi juga menghasilkan
ekonomi. Cairan foetus abortusan Kerbau sebenarnya lebih positif palsu karena adanya reaksi
yang mengkontaminasi sumber resiten terhadap infeksi Brucellosis silang dengan bakteri lain.
pakan atau minum potensial dibandingkan dengan sapi Pengujian dilakukan seri dengan
menularkan Brucellosis ke (Fosgate et al, 2011). Besaran CFT untuk menekan terjadinya
kawanan kerbau. prevalensi infeksi Brucellois pada positif palsu, sehingga tidak terjadi
Brucellosis merupakan salah kerbau berbedabeda tiap negara kesalahan potong paksa yang bisa
merugikan peternak.
Pengujian serologis secara
paralel untuk Brucellosis akan
menghasilkan seroprevalensi yang
berbeda dengan sampel yang
sama. Kumar (2018) menguji
Brucellosis pada 920 sampel
serum kerbau di India, dengan uji
RBT dihasilkan seroprevansi
5,56% sedangkan dengan metode
Elisa didapatkan hasil
seroprevalensi sebesar 5,98%.
Gambar 4. Hasil surveilans dan pengujian serologis (RBT dan CFT) pada kerbau (BBVet Tamba et al (2019) mendapatkan
Maros, 2018) dan foetus abortusan kerbau akibat Brucellosis (kanan)
hasil seroprevalensi pada kerbau
di Tanzania sebesar 7,7% dengan
satu penyakit zoonosis yang maupun di propinsi atau negara metode RBT dan 13,6% dengan
potensi menular ke manusia dari bagian. Rahman et al (2011) metode Elisa. Uji Elisa memiliki
ternak. David Bruce, seorang dalam penelitiannya pada kerbau sensitivitas dan spesifisitas uji
dokter Inggris yang bertugas di di Bangladesh menemukan yang tinggi dibanding RBT untuk
Malta, pada tahun 1887 seroprevalensi Brucellosis pada uji serologis.
mengisolasi pertama kali pada kerbau sebesar 2,87%. Arif et al
penderita demam Malta. Bruce (2019) menemukan seroprevalensi Solusi pengendalian Brucellosis
menamai bakteri penyebab demam Brucellosis sebesar
Malta dengan sebutan Micrococcus 16,2% pada 420
melitensis yang tidak lain adalah peternakan dengan
Brucella abortus (Silva et al, 2014). jumlah kerbau yang diuji
Ada beberapa spesies Brucella serologis sebanyak 621
sp yang pernah ditemukan ekor. Shome et al
menginfeksi kerbau, Brucella (2019) menemukan
abortus, Brucella melitensis dan seroprevalensi
Brucella suis (Menshamy et al, Brucellosis pada kerbau
2014). Sarker et al (2016) di India sebesar 3,6%
mengidentifikasi Brucella abortus dari 2.818 ekor kerbau
dengan pengujian RTPCR pada yang diambil serumnya
kerbau di Bangladesh. Menshamy untuk diuji serologis.
et al (2014) mengidentifikasi Punjab merupakan
Brucella melitensis biovar 3 pada sentra Brucellosis di Gambar 5. Pengambilan serum untuk uji CFT terhadap
kerbau di Mesir. Halim et al (2017) India. Brucellosis
Oktober 2021 40

