Page 33 - untitled
P. 33

3.  Penerapan Ajaran Chanda Sesuai Kearifan Lokal
                   Penerapan ajaran Chanda sesuai kearifan lokal bisa kita temui dalam bidang
                   Dharma Gita. Terdapat banyak lagu atau tembang yang sering kita jumpai

                   dalam masyarakat lokal Nusantara. Budaya dan kearifan lokal diterima
                   dengan baik sehingga memungkinkan setiap etnis Hindu memiliki tembang
                   atau kidungnya tersendiri. Inilah yang disebut dengan kebhinnekaan dalam

                   wadah Hindu Nusantara. Hidup berbhinneka dalam masyarakat multikultur
                   wajib kalian pahami, karena sudah ditanamkan sejak zaman dahulu, sebagai
                   bagian ajaran para leluhur Nusantara dan ajaran Hindu yang Adi luhung.


                       Adapun kidung pujian untuk masyarakat Hindu Kaharingan di
                   Kalimantan disebut dengan Kandayu yang menggunakan bahasa Sanghyang.
                   Ada beberapa jenis Kandayu, antara lain Tembang Kandayu Mambuwur
                   Behas Hambaruan    dan tembang Kandayu lainnya yang akan dibahas pada

                   materi Bab 4. Kidung di daerah lainnya, seperti Kidung Sinom Ketawang
                   (adat Jawa), Tembang Gerongan Pucung Ladrang      (Jawa Tengah), Gerongan
                   Pucung Ladrang    (Jawa), Kidung Panjang Ilang   (Jawa). Adapun tembang
                   yang ada di masyarakat Bali, antara lain  tembang sekar rare, pupuh, kidung,

                   kekawin, sloka, dan palawakia. Hingga saat ini tembang-tembang tersebut
                   masih berkembang di Bali. Untuk lebih jelasnya mengenai tembang dalam
                   ajaran Chanda akan dibahas lebih dalam lagi pada materi Dharma Gita di
                   bab selanjutnya.


                   4.  Penerapan Ajaran Nirukta Sesuai Kearifan Lokal
                   Penerapan ajaran Nirukta yang sesuai kearifan lokal bisa kita temui dalam

                   bidang hal nama-nama Dewa yang dipercaya sebagai manifestasi Hyang
                   Widhi Wasa. Sebagai contoh dalam masyarakat Hindu di Bali yang mengenal
                   istilah Bhatara, Ratu Gede, Ratu Ayu, dan sebutan nama dewa lainnya. Selain
                   sebutan Hyang Widhi Wasa, sebutan Nenek Kaji untuk di Lombok, sebutan

                   Ranying Hatalla Langit dalam masyarakat Kaharingan di Kalimantan, semua
                   itu mencirikan bahwa dalam Hindu menerima semua itu sebagai suatu
                   keberagaman dalam kesatuan yakni Hindu Nusantara.






                                                                     Bab 1 Kitab Wedangga  | 17
   28   29   30   31   32   33   34   35   36   37   38