Page 2 - BAHASA INDONESIA
P. 2
BAB II
PROSES FONOLOGIS
Ketika morfem-morfem bergabung untuk membentuk kata, segmen-segmen dari
morfem-morfem yang berdekatan, berjejeran dan kadang-kadang mengalami perubahan.
Semua perubahan ini disebut proses fonologis.
Contoh : Bentuk-bentuk yang berhubungan secara morfologis : electic, certical,
fanatism. Bunyi k pada posisi akhir untuk electic dan fanatic berubah
menjadi bunyi s sebelum morfem yang dimulai dengan i. Perubahan juga
terjadi dalam lingkungan yang bukan berupa pertemuan dua morfem
misalnya posisi awal kata dan akhir kata, atau hubungan antara segmen
dengan vokal bertekanan.
Proses fonologis ada empat kategori :
1. ASIMILASI
Segmen-segmennya menjadi semakin serupa. Dalam proses asimilasi, sebuah
segmen mendapat ciri-ciri dari segmen yang berdekatan. Konsonan mungkin mengambil
ciri-ciri dari vokal, vokal mungkin mengambil ciri-ciri dari konsonan, konsonan yang
satu bisa mempengaruhi konsonan yang lain, atau vokal yang satu bisa mempengaruhi
vokal yang lain.
1.1. Konsonan Berasimilasi Dengan Ciri-ciri Vokal
Ciri-ciri sebuah vokal dapat diberikan kepada konsonan sebagai modifikasi
sekundar palatalisasi dan lalialisasi merupakan proses demikian yang sudah lazim.
Dalam palatalisasi, posisi lidah untuk vokal depan dilapiskan pada konsonan yang
berdampingan ; dalam labialisasi, posisi bibir untuk vokal bundar menyebabkan artikulasi
sekundar pada konsonan.
Dalam Bahasa Inggris alternasi dalam contoh electic, electicity dan analogis,
analogy mencerminkan palatalisasi historis yang diikuti oleh perubahan daerah artikulasi.
Selanjutnya asimilasi itu adalah peristiwa berubahnya sebuah bunyi menjadi
bunyi yang lain sebagai akibat dari bunyi yang ada di lingkungannya, sehingga bunyi itu
menjadi sama atau mempunyai ciri-ciri yang sama dengan bunyi yang mempengaruhinya
(Abdul Chaer, 1994:132).
Contoh : Bahasa Indonesia, kata Sabtu lazim diucapkan Saptu, terlihat bunyi |b|
berubah menjadi |p| sebagai akibat pengaruh bunyi |t|. Bunyi |b| adalah bunyi
palosif berusara sedangkan bunyi |t| adalah bunyi plorif tak bersuara. Oleh
karena itu, bunyi |b| yang bersuara itu karena pengaruh bunyi |t| yang tak
bersuara, berubah menjadi bunyi |p| yang juga tak bersuara.
Kaidah fonologisnya adalah : [+ suara] → [- suara]
Konsonan |b| di tengah kata |Sabtu| bersuara berubah menjadi konsonan |p| di tengah kata
|Saptu| tak bersuara.
Contoh yang lain kata lembab berubah menjadi lembap, ciri-ciri pembedanya |b|
bersuara, plosiff |p| tak bersuara plosif kedua bunyi ini adalah bunyi plosif, jadi kaidah
fonologis kata-kata tersebut adalah :
2
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara