Page 24 - Motherless World
P. 24

Javi clenches his fists, the frustration building inside him. He knows what she’s saying is true, but he
                 can’t shake the feeling that something needs to change.
                 Javi mengepalkan tangannya, rasa frustrasi mulai muncul dalam dirinya. Dia tahu apa yang dikatakannya itu
                 benar, tetapi dia tidak bisa menghilangkan perasaan bahwa ada sesuatu yang perlu diubah.


                 Javi:
                 "I can’t keep living like this. I can’t keep pretending that what I’m doing is right. I don’t care if it’s
                 dangerous. I’ve already crossed a line by letting you go. There’s no turning back now."

                 Javi:
                 "Aku tidak bisa terus hidup seperti ini. Aku tidak bisa terus berpura-pura bahwa apa yang kulakukan benar. Aku
                 tidak peduli jika itu berbahaya. Aku sudah melewati batas dengan membiarkanmu pergi. Tidak ada jalan
                 kembali sekarang."



                 Just then, Abigaile appears from the shadows, running toward them with her usual boundless energy.
                 Gelia tries to stop her, but the little girl rushes straight to Javi, smiling up at him.
                 Saat itu, Abigaile muncul dari balik bayang-bayang, berlari ke arah mereka dengan energinya yang tak terbatas
                 seperti biasanya. Gelia mencoba menghentikannya, tetapi gadis kecil itu langsung berlari ke arah Javi, tersenyum
                 padanya.


                 Abigaile:
                 "Mr. Policeman! You came back!"

                 Abigaile:
                 "Tuan Polisi! Kau kembali!"



                 Javi looks down at her, his heart aching. She’s just a kid, but she’s already been forced to live in hiding,
                 in fear of people like him. Yet she looks at him like he’s her hero, completely unaware of the weight he
                 carries.

                 Javi menatapnya, hatinya sakit. Dia masih anak-anak, tetapi dia sudah dipaksa untuk hidup bersembunyi, dalam
                 ketakutan terhadap orang-orang seperti Javi. Namun dia memandang Javi seperti Javi adalah pahlawannya, sama
                 sekali tidak menyadari beban yang dipikulnya.


                 Javi: (kneeling down, forcing a smile)
                 "Yeah, I did."

                 Javi: (berlutut, memaksakan senyum)


                                                                                                 24 | P a g e
   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28   29