Page 5 - Cerpen Ubi Jalar Madu
P. 5

***



                        Hari-hari berlalu, keinginan untuk mampir ke rumah ibu dan mencicipi enaknya
                        rasa ubi jalar madu harus aku tunda. Kasus Covid-19 telah sampai ke Indonesia.
                        Aku  dan  suami  harus  bekerja  dari  rumah  di  masa  pandemi  ini.  Perasaanku
                        bercampur aduk antara kerinduan pada ibu dan keinginan yang tertahan. Empat
                        belas hari mengurung diri di rumah seperti empat belas bulan. Pada hari berikutnya,
                        aku memutuskan untuk ke rumah ibu.



                        “Jangan lupa pakai masker,” ucap Mas Budi.



                        “Iya Mas.”


                        Aku  melaju—dengan  motor  matic-ku—menyusuri  jalanan  menuju  rumah  ibu.
                        Jalanan  terlihat  lengang,  hanya  satu  dua  yang  melintas.  Setiap  orang  yang
                        berkendara  memakai  masker.  Sebuah  pemandangan  yang  belum  pernah  terlihat
                        sebelumnya.



                        Sesampai di depan rumah, aku melihat ibu sedang memanen ubi jalar madu. Rumah
                        ibu seperti berada di tengah-tengah lautan berwarna hijau keunguan. Setelah ayah
                        meninggal, ibu rajin menanam tanaman itu di sekeliling rumah. Ibu tetap hangat
                        memelukku. Aku membalas pelukan hangatnya. Aku menangis sesenggukan.

                        “Mari kita ngopi. Ibu sudah merebus ubi jalar madu untuk teman ngopi.”



                        Kami  menuju  ke  dapur.  Ibu  membuat  dua  cangkir  kopi,  dan  menghidangkan
                        sepiring ubi jalar rebus. Aku mencicipinya.



                        “Enak sekali, Bu. Empuk dan manisnya pas.”


                           “Mari kita ngopi. Ibu sudah merebus ubi jalar madu untuk teman
                                                           ngopi.”
   1   2   3   4   5   6   7