Page 6 - Cerpen Ubi Jalar Madu
P. 6
“Tanah di halaman rumah ini memang sangat subur. Dulu ayahmu rajin memberi
pupuk kandang. Ibu hanya melanjutkan apa yang dulu biasa ayahmu lakukan.
Tetangga dekat rumah pun ada yang dengan senang hati memberi pupuk kandang
pada ibu. Dan, para tetangga pun senang dengan rasa ubi jalar yang ditanam ibu.
Mereka ingin membelinya, tetapi ibu ingin memberinya saja.”
Aku mendengarkan cerita ibu sambil menikmati empuk dan manisnya rasa ubi jalar
madu. Ibu melanjutkan ucapannya, “Nanti kamu membawa ubi jalar ya? Sebentar
lagi kan ramadan, bisa kamu buat kolak dicampur dengan kolang kaling, rasanya
sungguh nikmat.”
***
Ketika akan pulang, aku mengurungkannya ketika melihat para tetangga
berdatangan. Mereka semua mengenakan masker.
“Kami ingin membeli ubi jalar Madu, Bu.”
“Iya Bu. Rasanya enak sekali, dan tubuh kami terasa segar sepanjang hari.”
“Iya, Bu. Di masa sulit seperti ini, kami suka sekali merebus ubi jalar madu, dan
membuat makanan lainnya dari ubi itu.”
“Iya rasanya empuk sekali, manisnya pas. Pokoknya enak sekali.”
“Iya kami ingin membelinya, Bu Hamdan.”
Mereka berdatangan tidak hanya tetangga dekat, tetapi juga tetangga jauh di ujung
kampung. Berita tentang enaknya ubi jalar madu yang ditanam ibu telah menjalar
ke seluruh penjuru kampung. Meskipun jumlahnya banyak, mereka tidak
berdekatan, mereka berbaris rapih lurus ke belakang satu satu, dengan jarak sekitar
satu setengah meter.