Page 101 - EMODUL BINDO KELAS 12
P. 101

Lelaki itu diam, hanya matanya mengawasi pasangan suami isteri yang menurut dia
                    sangat aneh. Suaminya sudah tua dan bungkuk. Sedangkan sang isteri sangat cantik.
                    Sebagai seorang laki-laki normal lelaki ini pun jatuh hati padanya.


                 B.  Di pinggiran sungai duduklah seorang lelaki tua yang bungkuk dan isterinya yang

                    anehnya sangat cantik. Sepertinya mereka hendak menyebrang ke pulau seberang.
                    Akhirnya mereka menyewa perahu yang ada di situ walaupun ongkosnya sangat
                    mahal.

                 C. Karena tidak bisa berenang dan memang tak mungkin untuk berenang menyebrangi
                    pulau itu, Si Bungkuk dan istrinya akhirnya meminta si Bedawi menyebrangkan
                    meraka. Tapi sayang, Si Bedawi menolak karena takut dengan wajah seram lelaki itu.
                 D.   Sungai ini sangat besar, memisahkan dua pulau. Untuk sampai ke seberang pulau

                    harus menaiki perahu kecil yang dijadikan mata pencaharian penduduk setempat.
                    Beberapa perahu berseliweran mengantarkan para penduduk yang hendak
                    beraktivitas.
                 E.    Kedua orang ini duduk termenung. Bagaimana mungkin mereka menyebrangi

                    sungai yang arusnya sangat deras. Si istri yang cantik menatap ragu pada suaminya
                    yang sudah tua dan bungkuk. Dalam hatinya dia berkata tidak mungkin suaminya
                    bisa menggendongnya menyebrangi sungai. Dari kejauhan mereka melihat perahu
                    kecil sedang mendayung ke arah mereka.

              Topik cerpen: Banjir

              Kata kunci: hujan, halilintar, terendam, pengungsian


              42. Pengembangan cerpen yang sesuai dengan topik dan kata kunci di atas adalah ...
                 A. Sampai kapankah ini berakhir? Waktu rasanya sangat panjang. Musim berganti. Dari

                    hujan badai yang ditunggangi halilintar, sampai panas menyengat yang membuat
                    ingin terus berendam. Tetap saja kami berada di pengungsian. Perang dijadikan

                    standar hebatnya penguasa penuh kelaliman.
   96   97   98   99   100   101   102   103   104   105   106