Page 107 - Gabungan
P. 107

depan  easel  lukis.  Siapa  yang  harus  dilukis?  Yenni  kembali


            termenung memandangi kanvas putih. Tiba-tiba, pemandangan aneh


            itu muncul lagi—wajah pemuda tampan itu kembali terlihat di  atas


            kanvas! Bahkan lebih jelas dari sebelumnya, warnanya lebih hidup,


            dan suaranya terdengar lagi!


                "Hidup manusia itu singkat. Dalam beberapa puluh tahun, begitu


            banyak  hal  yang  harus  dilakukan,  begitu  banyak  yang  harus


            dipelajari!"


                "Orang sepertiku yang canggung dalam pergaulan, bisakah punya


            pacar? ... Kalau melihat kebodohanku saat asyik memikirkan masalah,


            sepuluh pacar pun pasti kabur!"


                Itu dia! Itu dia! Yenni segera mengambil kuas dan, seperti anak


            kecil menjiplak gambar, mengikuti garis bayangan itu untuk membuat

            sketsa wajah di atas kanvas, lalu mengisinya dengan cat minyak. Tak


            butuh waktu lama, sebuah potret setengah badan pun selesai. Ya, ia


            memang memakai setelan warna krem dengan dasi merah hati. Yenni


            sendiri heran: setelah belajar melukis lebih dari sepuluh tahun dan


            menghasilkan hampir seribu karya, tak pernah sekalipun ia merasa


            semudah ini, begitu lancar menyelesaikan lukisan.


                Yenni tersenyum puas memandangi potret minyak di hadapannya.


            Ah, lihat senyumnya yang menawan, mata yang berbinar, ekspresi


            yang  seolah  hidup,  dan  bibir  yang  sedikit  bergetar,  seakan  terus

                                                           107
   102   103   104   105   106   107   108   109   110   111   112