Page 108 - Gabungan
P. 108

mengeluarkan suara.


                Yenni terpaku pada lukisan itu. Suara telepon dalam ruangan tiba-


            tiba  menyadarkannya  dari  mimpinya  yang  indah.  Ia  buru-buru


            mengangkat telepon, lalu menatap lukisan itu dengan malu.


                "Cepat sembunyikan lukisan yang belum kering ini, jangan sampai


            Kak Wenying dan Hana melihatnya!" batin Yenni. Setelah merapikan


            semuanya, ia melangkah ringan menuruni tangga untuk makan siang.










            Sorotan Bab Ini:


            Yenni tersenyum puas memandangi potret minyak di hadapannya. Ah,


            lihat senyumnya yang menawan, mata yang berbinar, ekspresi yang


            seolah  hidup,  dan  bibir  yang  sedikit  bergetar,  seakan  terus

            mengeluarkan suara.

































                                                           108
   103   104   105   106   107   108   109   110   111   112   113