Page 114 - Gabungan
P. 114
menyanyi, menari, dan melukis, sehingga tak heran ia menjadi bunga
sekolah. Awal Oktober tahun itu, gereja Katolik di Kota Naga
mempersiapkan acara Natal dan meminta kelompok-kelompok di
bawah naungannya untuk menyumbangkan pertunjukan. Bai
Wenying diundang ke panti asuhan "Santa Carlos" untuk mengajar
tari. Sejak hari pertama bertemu Yenni, Bai Wenying langsung jatuh
cinta pada gadis kecil berusia delapan tahun yang cantik dan cerdas
itu. Sorot mata Yenni yang jernih membuat Bai Wenying merasa
kehilangan sesuatu jika tak melihatnya. Ia merasa ada ikatan tak
terputus antara dirinya dan Yenni.
Ketika Bai Wenying berusia empat tahun, ibunya, Zhou Yinmei, tewas
dalam kebakaran, meninggalkan dua kakak laki-lakinya, Bowen dan
Zhongwu, adik kembarnya Wenxiong, serta adik bungsu Wenhao
yang baru dua tahun. Karena itu, Bai Wenying menganggap dirinya
setengah yatim piatu dan memiliki ikatan emosional alami dengan
Yenni yang tinggal di panti asuhan. Sejak itu, setiap akhir pekan, Bai
Wenying membawa Yenni ke rumahnya, mengajarinya melukis,
bermain piano, menyanyi, dan menari. Yenni seolah menjadi bagian
hidupnya. Setelah Yenni lulus SMA, Bai Wenying bahkan
mempekerjakannya sebagai guru seni dan tari di "Akademi Seni
Wenying". Di dinding kamar tidur Bai Wenying, tergantung bingkai
besar berisi foto dirinya, Yenni, Hana, dan lainnya saat tampil dalam
114

