Page 129 - Gabungan
P. 129
terasa berlebihan.
Hana Budiman melihat mereka diam seribu bahasa, tak tahu harus
berkata apa, akhirnya hanya menyela:
"Yenni, Insinyur Kepala Su akan tinggal bersama kita."
"Benarkah?" Yenni terlihat agak tidak percaya.
"Ya, Yenni!" kata Su Wenbin. "Aku juga ingin belajar melukis
darimu! Maukah kamu mengajarku, Yenni?"
"Mau, mau!" jawab Yenni dengan riang.
"Bisakah kamu mengajakku melihat studionya?"
"Baik!"
Mereka berdua masuk ke studio lukis. Potret wajah itu masih
terpajang di easel. Su Wenbin terkejut melihatnya—lukisan itu begitu
hidup, bahkan lebih bagus dari foto berwarna yang diperbesar. Dia
sangat mengagumi keahlian seni Yenni, goresan kuasnya begitu
matang!
Su Wenbin menatap lukisan itu sejenak, lalu sengaja bertanya
pada Yenni: "Ini lukisan siapa?"
"Aku tidak tahu," kata Yenni. "Kalau pun tahu, aku tidak akan
memberitahumu!"
"Kamu tidak perlu bilang, aku sudah tahu..." kata Su Wenbin.
"Benarkah?" Yenni tersenyum. "Kalau begitu, akan kuberitahu!"
Yenni memberi isyarat pada Su Wenbin. Dengan patuh, Su
129

