Page 199 - Gabungan
P. 199
manis dan harum, nanti saja kita beli!" kata Yenni.
"Baik!" kata Su Wenbin. "Durian memang enak, tapi setelah makan,
cuci tangan jadi repot! Sudah pakai sabun berkali-kali, baunya masih
menempel!"
Hana Budiman tidak bisa menahan tawa.
Yenni melirik Su Wenbin dan berkata, "Itu buktinya kau orang
pendatang belum paham cara makan durian!"
"Tolong ajarilah aku!" kata Su Wenbin.
"Kakak Yenni, jangan kasih tahu dia!" Hana Budiman menepuk
bahu Yenni dari belakang dan membuat wajah lucu.
"Dasar anak nakal suka bikin penasaran," kata Su Wenbin.
"Baiklah! Nanti aku akan belajar! ... Ngomong-ngomong durian, aku
teringat kecelakaan Yenni waktu itu. Hari itulah aku pertama kali
bertemu pensiunan Kolonel Hasan Widodo. Dia orang tua yang
bersemangat dan bersahabat, pertama ketemu langsung
membantuku memilih belasan durian. Saat Yenni terluka, hujan
sedang lebat. Aku menggendong Yenni, bingung harus berbuat apa,
untung Pak Hasan datang. Kalau bukan karena dia, mungkin Yenni
lebih parah lagi. Nasib Yenni memang baik!"
"Pak Hasan sebenarnya sangat kasihan. Istrinya sudah meninggal
sejak lama," kata Hana Budiman dengan penuh simpati. "Dua
anaknya sekolah di Kanada, tidak ada yang mau pulang. Pak Hasan
199

