Page 157 - 37 Masalah Populer
P. 157
MASALAH KE-21: SHALAT QABLIYAH JUM’AT.
Dalil Pertama,
ناتعكر اهيدي نيبو لاإ ةضورعم ةلاص نم ام
“Setiap shalat fardhu diawali dua rakaat (shalat sunnat)”. (Hadits riwayat Ibnu Hibban dari
Abdullah bin az-Zubair. Dinyatakan shahih oleh Syekh Nashiruddin al-Albani dalam as-Silsilah
ash-Shahihah).
Komentar Syekh ‘Athiyyah Shaqar.
لاو ، مومعلا اذهل صصخم كانه سيلو . ةعمجلا ةضيرف ةلاص لبق ةنس نيتعكر ةلاص ةيعورشم ىلع همومعب لدي ثيدحلاف
صاخ انم لاإ هصصخي لا ماعلا نلأ ، ربنملا ىقري ن أ لبق امهلصي مل رخ اذإ ناك ىبنلا نلأ ةعمجلا ريغب صصخم هنإ لاقي
. كلذ دجوي ملو ، ةبطخلل ناذلأا لبق لاوزلا دعب ابرأ وأ نيتعكر ةلاص نم
Hadits ini secara umum menunjukkan disyariatkannya shalat dua rakaat sebelum shalat fardhu
Jum’at. Tidak ada dalil lain yang mengkhususkan hadits ini, tidak dapat dikatakan bahwa hadits
ini khusus untuk shalat fardhu selain shalat Jum’at karena ketika Rasulullah Saw keluar rumah
akan melaksanakan shalat Jum’at beliau tidak shalat dua rakaat sebelum naik mimbar, karena
hadits yang bersifat umum tidak dapat dikhususkan kecuali ada larangan khusus; larangan
melaksanakan shalat dua rakaat atau empat rakaat setelah Zawal (tergelincir matahari) sebelum
azan untuk khutbah, tidak ada larangan seperti itu 231 .
Dalil Kedua,
ً َ
َ
ْ
َ َ
َءاَش ْ ن َ مِل اث َ لاث ٌة َ لاَص نْيَناذأ لُك َنْيَب َلاق مَّلَس َ و ِهْيَلَع َّ اللّ ىَّلَص ِ َّ اللّ َلوُس َ ر نأ َ َّ ِ يِنَزُ ملا ٍ لَّعَغ ُ م نْب ِ َّ اللّ ِدْبَع ْ نَع
ِ
ِ
َ
ِ
ُ
Dari Abdullah bin Mughaffal al-Muzani, sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda, “Antara dua
seruan ada shalat”, beliau ucapkan tiga kali. (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Komentar Imam an-Nawawi.
رهظلا يلع سايقلاو " ةلاص نيناذأ لك نيب " هلبق عرعلا يف روكذملا لعغم نب الله دبع ثيدح اهيف ةدمعلاف اهلبق ةنسلا امأو
Adapun shalat sunnat sebelum Jum’at, yang menjadi dasar adalah hadits Abdullah bin Mughaffal
yang telah disebutkan dalam far’ (masalah cabang) sebelumnya, “Antara dua seruan ada shalat
(sunnat)”. Dan diqiyaskan kepada shalat Zhuhur 232 .
231 Fatawa al-Azhar, IX, hal.11.
Imam an-Nawawi, al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab, juz.IV, hal.10
232
157