Page 226 - 37 Masalah Populer
P. 226

hanyalah syarat sempurna saja (bagi keimanan). Mereka menisbatkan itu kepada Ahlussunnah
               waljama’ah  sebagaimana  yang  dilakukan  sebagian  mereka  yang  telah  kami  sebutkan  di  atas.
               Saya tidak mengerti, mengapa mereka setuju dengan orang-orang Murji’ah dalam masalah yang
               besar dari masalah ‘Aqidah yang dijelaskan dalam al-Qur’an dan Sunnah serta Ijma’ Salaf. Telah
               banyak ungkapan kalangan Salaf tentang kecaman terhadap orang-orang yang berbeda pendapat
               dalam  masalah  ini,  mereka  disebut  sebagai  pelaku  bid’ah  dan  sesat  -sebagaimana  yang  telah
               kami sebutkan-. Padahal mereka itu sangat menjauhkan diri dari orang-orang Murji’ah, bahkan
               mereka  sangat  menentang  Murji’ah  dalam  perkara  yang  lebih  ringan  daripada  masalah  ini,
               bahkan dalam masalah-masalah yang bukan masalah akidah sama sekali. Jika masalah seperti ini
               terampuni bagi seorang ulama besar ahli ijtihad namun dapat menyebabkan lautan kebaikan dan
               keutamannya menjadi sia-sia. Maka tidak terampuni bagi para penuntut ilmu yang mengikutinya
               dalam  masalah  tersebut.  Semoga  Allah  Swt  memberikan  hidayah  kepada  saya  dan  mereka  ke
               jalan kebenaran. Lihat Risalah Hukm Tarik ash-Shalat karya Syekh al-Albani, halaman 42 318 .



               Fatwa al-Lajnah ad-Da’imah li al-Buhuts al-‘Ilmiyyah wa al-Ifta’.

               Lembaga resmi pemerintah Saudi Arabia ini mengeluarkan fatwa:


               Bahwa Syekh Ali Hasan al-Halabi seorang berfaham Murji’ah dan batil  319 .

               Akan tetapi Syekh Ali Hasan al-Halabi tidak dapat menerima tuduhan itu, maka ia menulis buku
               membantah  fatwa  al-Lajnah  ad-Da’imah  berjudul  al-Ajwibah  al-Mutala’imah  ‘ala  Fatwa  al-
               Lajnah  ad-Da’imah  (jawaban-jawaban  yang  layak  terhadap  fatwa  al-Lajnah  ad-Da’imah).
               Seorang dosen Universitas Umm al-Qura bernama DR.Ahmad Umar Bazamul pula mengkritik
               Syekh  Ali  Hasan  al-Halabi  dengan  buku  berjudul  Shiyanah  as-Salafi  min  Was-wasah  wa
               Talbisat Ali al-Halaby (pemeliharaan seorang Salafi dari keraguan dan kepalsuan Ali al-Halabi).
               Anehnya,  buku  Syekh  Ali  Hasan  al-Halabi  berjudul  at-Tahdzir  min  Fitnah  at-Takfir  yang
               dilarang al-Lajnah ad-Da’imah itu diberi kata pengantar dan komentar oleh Syekh Ibnu Baz dan
               Syekh Ibnu ‘Utsaimin. Intinya, ketika tidak ada lagi yang perlu dibid’ahkan, maka mereka pun
               saling membid’ahkan  satu sama  lain, dan saling membela terhadap fahamnya masing-masing,
               sudah semacam hoby yang mesti disalurkan. Padahal kaum muslimin di Palestina membutuhkan
               pertolongan, mereka tetap saja sibuk dengan bid’ah membid’ahkan, sesat menyesatkan sesama
               mereka.

                       Syekh  ‘Abd  al-Muhsin  bin  Hamd  al-‘Abbad  al-Badr  seorang  ulama  Salafi-Wahhabi
               moderat merasa resah melihat pertikaian diantara mereka, maka ia menulis satu kitab berjudul
               Rifqan Ahl as-Sunnah bi Ahl as-Sunnah (Sikap Lembut Ahlussunnah  Terhadap Ahlussunnah),


                       318  Syekh DR.Safar al-Hawaly, Zhahirat al-Irja’, hal.350.
                          Lihat fatwa al- al-Lajnah ad-Da’imah li al-Buhuts al-‘Ilmiyyah wa al-Ifta’, tentang kitab Syekh Ali
                       319
               Hasan al-Halabi, seorang Salafi-Wahhabi Yordania,  murid Syekh al-Albani, berjudul at-Tahdzir min Fitnah at-
               Takfir dan kitab Shaihat an-Nadzir, juz.II, hal.137-139.
                                                             226
   221   222   223   224   225   226   227   228   229   230   231