Page 25 - JALUR REMPAH
P. 25
Latar Belakang Historis Tiga Wilayah | 11
lain. Sementara itu, singkong ditanam di Neira, Banda besar dan Pulau Run
karena dibawa oleh Portugis pada awal abad ke-16. Produksi perkebunan dari
Kepulauan Banda hanya pala. Perkebunan pala senantiasa dijaga produksinya,
mulai dari penanaman, pemetikan buah, perlindungan pohon pala dari sinar
matahari dan penentuan harga pala.
Dalam sejarah maritim kepulauan Indonesia Timur terdapat dua hal
penting tentang kepulauan Banda. Pertama, sejarah Kepulauan Banda dapat
dianalisis melalui jalur perdagangan dan dinamika wilayah perkebunan untuk
menentukan siapa yang melakukan penguasaan perdagangan pala. Kedua,
sejarah Banda sebagai kepulauan dan laut menciptakan hubungan antara
masyarakat, ekonomi dan kebudayaan. Dengan kata lain, pelabuhan Banda
menjembatani para saudagar dari pesisir utara Jawa, Melayu, Arab, Cina, India,
dan Eropa dalam memperoleh rempah-rempah, terutama pala. Demikian pula,
pelabuhan Banda sebagai jalur rempah menghubungkan produk-produk pulau
di sekitarnya seperti Pulau Seram, Kei dan Aru.
Jauh sebelum datangnya orang-orang Cina dari Asia Timur dan orang-
orang Arab dari Asia Barat, masyarakat Banda telah menjalani zaman purbakala
atau kuno. Sejarah masyarakat Banda pada zaman kuno tidak lepas dari ikatan
interaksi dengan masyarakat Maluku Tenggara. Masyarakat Maluku Tenggara
yang mencakup Kepulauan Banda, Kepulauan Seram, Pulau Kei, Aru Ambon
dan Hitu. Dari temuan-temuan arkeologi di Kepulauan Seram, Ambon dan
Banda orang – orang Banda mempunyai kebudayaan dengan sistem religi
penghormatan kepada leluhur. Mereka menempatkan persembahan mereka di
meja-meja batu yang ditunjang dengan dolmen (batu pemali) sebagai bagian
dari zaman megalitikum. Kebudayaan yang serupa di seluruh kepulauan
3
Maluku adalah upacara “Bersih Negeri” atau kewajiban untuk menjaga desa,
Juga mereka mempunyai forum untuk memecahkan persoalan bersama atau
yang disebut Kakehang (musyawarah).
Dari artefak arkeologi masa purbakala seperti kehidupan di gua-gua
bertebing dataran rendah, memperlihatkan mereka menjalankan kehidupan
3 Di negeri Soya di lereng bukit Sirimau terdapat altar batu, kursi batu dan dolmen (batu pemali).
Hal yang sama terdapat pula di negeri lama Amahusu. Kedua situs arkeologi ini jaraknya tidak berjauhan
masih di sekitar Kepulauan Seram. Untuk hal ini lihat. Dr. Santoso Soegondho et.al. Survai Kepurbakalaan
Maluku (Seram dan Ambon) Tahun 1994. Maluku: Bagian Proyek Penelitan Purbakala, 1994, hlm. 15.