Page 13 - Bibliografi Beranotasi Naskah Kesultanan Siak Sri Indrapura
P. 13
Kata Pengantar Ahli
ahun 1699 tidak mungkin terlupakan dalam sejarah
wilayah Selat Malaka—wilayah kelautan yang melingkupi
Tpulau Sumatra, tanah Semenanjung serta pulau-pulau
di antara keduanya. Pada tahun inilah Sultan Mahmud,
penguasa kesultanan Johor—kekuasaan politik yang telah
menggantikan Malaka sebagai pusat politik dan perdagangan
di wilayah Selat Malaka—tewas terbunuh oleh persekongkolan
istana. Dengan landasan argumen politik bahwa almarhum
baginda tidak mempunyai keturunan maka Bendahara pun
dinobatkan sebagai penguasa baru dari kesultanan Johor—
dengan gelar Sultan Abdul Jalil. Meskipun didukung oleh para
bangsawan tetapi sang mantan Bendahara tidak bisa dengan
begitu saja menggantikan wibawa Sultan Mahmud. Bukankah
sang almarhum adalah penguasa kesultanan yang merupakan
keturunan yang sah dari Seri Tri Buana, sang pendiri kesultanan
Malaka? Bukankah sejak Portugis berhasil menduduki Malaka
(1511) adalah kesultanan Johor yang umum diakui sebagai
pewaris yang sah dari kesultanan Malaka, yang umum diakui
berasal dari kemaharajaan Sriwijaya?
Tetapi begitulah, ternyata tidak lama setelah terjadinya
peristiwa pembunuhan itu, istri – bukan permaisuri—dari
almarhum Sultan Mahmud melahirkan seorang anak laki-laki.
Sadar akan bahaya yang mengancam maka janda almarhum
Sultan Mahmud inipun mengungsi ke Pagaruyung, pusat
kerajaan Minangkabau. Di ibukota kerajaan tetangga inilah
sang putra almarhum Sultan Mahmud mulai menginjak masa
dewasa. Ketika waktunya telah datang, maka ia dianggap
sebagai calon putra mahkota yang sah—ia yang kini telah
dikenal dengan nama Raja Kecik (kadang-kadang dikenal juga
dengan nama Raja Kecil)-- mulai mempersiapkan diri untuk
BIBLIOGRAFI BERANOTASI NASKAH 1
KESULTANAN SIAK SRI INDRAPURA