Page 16 - Bibliografi Beranotasi Naskah Kesultanan Siak Sri Indrapura
P. 16

Indrapura (1723). Dan sejak itu bagindapun semakin dikenal
                sebagai  Sultan  Abdul  Jalil  Rahmad Shah.  Setelah  mangkat
                (1746)  baginda lebih dikenal sebagai Marhum Buantan. Dalam
                perkembangan selanjutnya boleh dikatakan bahwa kesultanan
                Siak Sri Indrapura setahap demi setahap berhasil  meluaskan
                kekuasaannya, meskipun persaingan dengan kekuatan asing
                semakin menaik juga. Di bawah pemerintahan sultan Siak
                yang  ke-7,  Tengku  Said  (Sultan  Assaidis  Assyarif  Ali  Abdul
                Jalil  Syaifuddin    Baalawi—1784-1810)    yang  mempunyai
                ibu bangsawan dari istana Siak tetapi ayah seorang ulama
                Arab, boleh dikatakan bahwa kesultanan Siak telah berhasil
                menampilkan diri sebagai sebuah pusat kekuasaan yang kuat.
                  Dalam masa ini kekuasaan kesultanan Siak  tidak saja
                meliputi  seluruh  wilayah  Riau  daratan  dan  Pelalawan
                (termasuk daerah pedalaman—wilayah orang Kubu --) tetapi
                juga  wilayah  Asahan,  Deli,  Langkat,  Temiang,  Badagai,  dan
                lain-lain—jadi boleh dikatakan kekuasaan kesultanan Siak
                Sri Indrapura juga meliputi wilayah Melayu di Sumatra Timur
                dan bagian Selatan Aceh. Ketika inilah masa kebesaran politik
                dialami kesultanan Siak Sri Indrapura.
                  Tetapi  abad  19  adalah  masa ketika  perluasan  kekuasaan
                kolonialisme Belanda sedang berada pada puncak aktivitas
                dan keberhasilanya. Dalam abad inilah pemerintah Hindia-
                Belanda, yang telah berpusat di Batavia (yang umum disebut
                Betawi)    berhasil  mengakhiri  “perang  Diponegoro”  (di  Jawa
                Tengah,  1825-1830),  “Perang  Padri”    (di  Sumatra  Barat,
                intervensi Belanda terjadi pada 1821-1837 ) dan perang-perang
                lain di wilayah lain. Sedangkan perang Aceh baru mulai tahun
                1872 dan “dianggap” berakhir pada tahun 1904
                  Kesultanan Siak Sri Indrapura terbebas dari peperangan
                kolonial, tetapi terpaksa menyetujui perjanjian yang berat
                sebelah. Begitulah dalam perjalanan waktu kesultanan Siak Sri
                Indrapura pun makin lama makin berada di bawah dominasi
                pemerintah kolonial Hindia Belanda. Berdasarkan  perjanjian
                yang dipaksakan,  pada  tanggal 1 Februari, 1858 kesultanan
                Siak Sri Indrapura maka bisalah dikatakan bahwa praktis
                telah kehilangan kedaulatannya.  Pengangkatan seorang



        4   BIBLIOGRAFI BERANOTASI NASKAH
            KESULTANAN SIAK SRI INDRAPURA
   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21