Page 4 - Autobiografi Saputra
P. 4

harganya mahal dan bahannya mudah rusak sehingga kalau saya bawa ke TK pasti akan
                  langsung rusak karena di buat mainan.




                         Karena  saya  meminta  terus  dan  hampir  menangis,  mungkin  daripada  menjadi
                  perhatian orang jika saya menangis, orang tua saya akhirnaya membelikan tempat pensil

                  tersebut. Saya pun sangat senang. Setelah membeli perlengkapan sekolah, orang tuaku
                  mengajakku pulang. Setelah sampai di rumah saya bermain dengan tempat pensil baru

                  tersebut. Karena hampir malam dan besok sudah masuk sekolah, orang tuaku menyuruhku
                  untuk cepat tidur agar besok pagi tidak bangun tidur kesiangan.




                         Keesokan harinya saya di bangunkan ibu untuk mandi dan sarapan. Setelah mandi
                  dan sarapan saya akan di antarkan ke sekolah tk oleh ibu saya. Karena kebiasaan saat

                  pagi saya menonton TV acara kartun kesukaan saya, saya belum mau di antar sekolah
                  sebelum  acara  kartun  tersebut  selesai.  Ibuku  ridak  memarahiku,  mungkin  karena  aku
                  belum  terbiasa  berangkat  sekolah  pagi  hari.  Ketika  saya  di  antar  sekolah,  kefiatan  di

                  sekolah sudah lebih dulu di mulai. Kelas sudah banyak murid, kebetulan di TK tersebut
                  ruang kelas 0 kecil dan 0 besar di jadilan satu, jadi murid baru kelas 0 kecil dan murid kelas
                  0 besar saling bertemu. Saya di ajak masuk orang rua saya dan di mintakan izin untuk

                  mengikuti kegiatan. Ketika saya akan di tinggal ibu saya pulang, saya pun tidak mau karena
                  takut dengan lingkungan baru. Saya pun menangis. Guru TK tersebut dan ibu membujukku
                  untuk berani . Tetapi saya masih belum mau di tinggal. Akhirnya ibuku menungguku di luar

                  sekolah sampai kegiatanku selesai. Setelah beberapa minggu, aku sudah mulai berani di
                  tinggal saat sekolah.




                         Ketika saya di kelas, saya di suruh berkenalan dengan teman yang lain di depan kelas,
                  guruku menyuruhku menyebutkan nama saya, tapi saya malah diam dan malu. Guruku

                  menyemangati agar saya harus berani dan tan tidak gampang menangis. Setelah saya
                  selesai berkenalan, saya menjadi malu lagi, karena teman yang lain memakai seragam,

                  padahal teman setingkatku juga belum mempunyai seragam. Setelah saya pulang sekolah
                  aku  bilang  ke  ibuku  kenapa  aku  belum  memiliki  seragam  seperti  yang  lain.  Ibuku
                  menasehatiku untuk bersabar menunggu seragamku selesai di jahit.








                                                             4
   1   2   3   4   5   6   7   8   9