Page 60 - TEORI DAN PRAKTIK BK KELOMPOK
P. 60
Prayitno (2004: 4) menjelaskan bahwa pemimpin kelompok adalah seorang
konselor yang terlatih dan memiliki keterampilan serta kemampuan memimpin
suatu kelompok konseling untuk mencapai tujuan kelompok. Konselor sebagai
pemimpin kelompok bertanggung jawab penuh terhadap kelompok.
Menurut pendapat Hadi (2016: 102) mengungkapkan bahwa pemimpin
kelompok, yaitu sebagai pengontrol proses kegiatan layanan bimbingan kelompok
yang dilakukan.
Sitomul (2015) menjelaskan bahwa pemimpin kelompok (PK) adalah
konselor yang terlatih dan berwenang menyelenggarakan praktik konseling
profesional. Sebagaimana untuk jenis layanan konseling lainnya, konselor memiliki
keterampilan khusus menyelenggarakan bimbingan kelompok.
Sedangkan, Prayitno (2004: 5) mengemukakan karakteristik pemimpin
kelompok antara lain:
a. Mampu membentuk kelompok dan mengarahkannya sehingga terjadi
dinamika kelompok dalam suasana interaksi antara anggota kelompok yang
bebas, terbuka dan demokratik, konstruktif, saling mendukung dan
meringankan beban, menjelaskan, memberikan pencerahan.
b. Memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam sehingga bisa membantu
konseli dalam mensinergikan konten bahasan yang ada dalam kelompok.
c. Memiliki kemampuan hubungan antar-personal yang hangat dan nyaman,
sabar dan memberi kesempatan, demokratik dan kompromistik (tidak
antagonistic) dalam mengambil kesimpulan dan keputusan, tanpa
memaksakan dalam ketegasan dan kelembutan, jujur dan tidak berpura-pura,
disiplin dan kerja keras.
Kualitas yang membedakan pemimpin kelompok yang efektif dengan yang
tidak efektif. Sebagai contoh, pemimpin kelompok yang otoriter, agresif,
konfrontasional, atau tidak mempunyai kedekatan emosional dengan kelompok,
adalah tidak efektif dan membentuk kelompok kasual (kelompok yang anggotanya
drop out atau menjadi semakin buruk setelah bergabung dengan kelompok) (Yalom
dan Lieberman, dalam Gladding, 2012: 317). Bagaimanapun juga, ada empat
kualitas kepemimpinan yang memilik efek positif pada hasil kelompok, jika tidak
di pakai secara ekstrem (Yalom, dalam Gladding, 2012: 317-318):
56