Page 131 - Voli
P. 131

M.E. Winarno dkk, FIK Universitas Negeri Malang    125



                   membuat  sudut ±110º,  badan  siap  untuk  meloncat  dengan  berat  badan

                   lebih banyak bertumpu pada kaki yang di depan.
                          Mulailah  meloncat  dengan  tumit  &  jari  kaki  menghentak  lantai  dan

                   mengayunkan  kedua  lengan  ke  depan  atas  saat  kedua  kaki  mendorong

                   naik  keatas.Telapak  kaki,  pergelangan  tangan,  pinggul  dan  batang  tubuh

                   digerakkan  serasi  merupakan  rangkaian  gerak  yang  sempurna.  Gerakan

                   eksplosif dan loncatan vertikal.
                          Pada saat melakukan tumpuan loncatan untuk smash  maka seorang

                   atlet bolavoli akan menekuk tungkai dengan sumbu putar pada persendian

                   articulatio genue (lutut) untuk memperoleh kekuatan tolakan. Hal ini sejalan

                   dengan  prinsip  memperkecil  momen  inersia  dari  gerakan  tungkai

                   tersebut.Prinsip momen inersia adalah hambatan. Jika hambatan diperkecil
                   dengan cara menekuk lutut pada saat melakukan tumpuan loncatan, maka

                   hambatan gerakan loncatan nya akan kecil sehingga dapat menghasilkan

                   tolakan yang maksimal.

                          Sama  halnya  dengan  momentum  (pada  gerak  linier),  Bila  sebuah

                   benda  bergerak  memutar/rotasi,  akan  terjadi  momentum  sudut  yang
                   besarnya sesuai dengan rumus berikut:

                                  L = J x ω.

                                  L = Momentum sudut;

                                  J = Momen inertia;

                                  ω = kecepatan sudut.
                          Jika  pada  suatu  sistem  terjadi  momentum  sudut,  maka  momentum

                   sudut  tersebut  besarnya  tetap  sama.  Berdasarkan  kekekalan  momentum

                   sudut,  maka:Bila  mula-mula  J  kecil,  kemudian  menjadi  besar,  maka

                   kecepatan  sudut  ω  menjadi  lebih  besar  atau  Bila  J  kecil,  maka  ω-nya

                   besar, kemudian berdasar kekelan. Bila J besar, maka ω kecil.
   126   127   128   129   130   131   132   133   134   135   136