Page 198 - GARIS WAKTU
P. 198
Ada W ajahmu Di
Kaki Langit
D esember, tahun keempat
Tadi malam, gunung diterpa hujan angin. Dalam
tenda, aku berdialog dengan Tuhan—meski sebetulnya
hanya satu arah. Setelah mendoakan Bapak, aku
mendoakanmu baik-baik saja di sana. Di tengah badai,
aku memeluk kenangan kita. Kita pernah melengkapi
langkah satu sama lain, walau ujungnya jalan yang kita
tempuh berbeda.
Degup kita pernah seirama. Doa kita pernah satu
rupa. Tangan kita pernah tak hendak melepas. Kita lebih
purba dari sang waktu. Apa yang pernah kita punya,
tak terdefinisikan. Wajar saja kalau aku mengingatmu
sewaktu-waktu. Kau adalah seseorang yang pernah
kukejar mati-matian, sebelum ujungnya membuat jiwaku
mati sungguhan.

