Page 203 - GARIS WAKTU
P. 203
Kemarau kini sudah berubah menjadi musim
penghujan. Pada suatu sore, tatkala awan kelabu sedang
luruh bergemuruh, datanglah sepucuk surat berhias
pita emas, terselip di pintu rumahku. Ada namamu
dan namanya, bersiap mengikat janji untuk selamanya.
Sementara aku, mantan kekasihmu, harus berbesar hati
melihatnya memboyongmu sebagai hadiah termanis.
Kau menikah. Akhirnya, kau, yang sempat menjadi
poros alam semestaku, menikah. Kurebahkan tubuh,
berusaha menelan bulat-bulat kenyataan. Rencana-
rencana yang dulu pernah kita rajut kini menjadi miliknya
untuk kalian wujudkan. Ada sedikit nestapa. Logika lalu
mencubitku seraya berkata, bahwa aku sebetulnya baik-
baik saja. Aku tidak sedang merindukanmu. Aku hanya
sedang merindukan kenangan tentangmu.
Pada suatu ketika, jagat raya mempertemukan kita
dengan caranya yang sederhana. Pada suatu ketika
pula, jagat raya memisahkan kita dengan caranya yang
luar biasa. Setelah melalui proses panjang, aku bahagia
akhirnya kita dapat dipertemukan kembali. Meski
kali ini bukan sebagai sepasang kekasih, melainkan
sebagai dua orang sahabat yang sudah mendapatkan
pendewasaannya masing-masing.
198

