Page 195 - GARIS WAKTU
P. 195
Ditengah api unggun, kami bernyanyi seolah tidak ada
hari esok. Meski angin mendesaukan dinginnya malam,
namun api unggun, secangkir kopi, dan canda tawa para
sahabat, mampu menghangatkan suasana. Sahabat
laksana saudara yang lahir dari rahim berbeda. Alangkah
miskinnya orang-orang yang hanya bertemankan uang,
tanpa pernah memiliki seseorang untuk berbagi tawa
dalam keadaan susah dan senang.
Betapa banyaknya kepalsuan di dunia ini. Betapa
banyak mulut manis yang menyelipkan pisau dalam setiap
kalimatnya: bersiap menusuk kita dari belakang. Berhati-
hatilah dengan mereka yang gemar menjilat. Karena,
sahabat bukanlah ia yang bermanis-manis di hadapan
kita. Ia adalah seseorang yang berkata jujur, seburuk apa
pun kenyataan, agar kita tidak lupa diri. Sahabat bukanlah
ia yang hanya datang saat kita berbangga hati. Ia adalah
seseorang yang takkan pergi meski dunia memusuhi
kita. Tertawa bersama, menangis bersama. Walaupun
kesalahpahaman pernah mendera, pada akhirnya kita
akan kembali saling menepuk pundak dengan senyum di
wajah kita. Karena persahabatan sejati tidak akan pernah
dikalahkan oleh waktu.
Maka, jadilah tangan ketika sahabat tak bisa meraih.
Jadilah kaki ketika sahabat tak bisa berjalan. Jadilah mata
190

