Page 191 - GARIS WAKTU
P. 191
Padahal, Bapaklah yang berjuang sekuat tenaga agar aku
mampu bersekolah setinggi aku bisa. Bapak yang banyak
membunuh mimpi-mimpinya hanya agar kami bahagia.
Sebersit kerinduan bersemi di hatiku yang hancur
berantakan. Aku rindu Bapak. Aku rindu melihat beliau
bercanda dengan Ibu. Aku rindu melihat beliau menasihati
adikku. Aku rindu mendengar beliau bercerita mengenai
hidupnya. Aku rindu mendengar syahdunya ayat suci
yang terlantun dari bibirnya.
Bolehkah sehari ini saja aku menangis?
Dan kini kusadari, mengenang adalah pekerjaan
yang menyakitkan, terutama jika yang kita kenang adalah
seseorang yang teramat sangat kita sayangi dan tidak
bisa lagi kita temui. Namun, akan lebih menyakitkan
jika kita harus melupakan. Karena Bapak pernah bilang,
seseorang tidak pernah benar-benar pergi selama kita
masih menyimpannya di dalam hati.
Mungkin Bapak hanya sedang mengajariku untuk
mensyukuri apa yang masih ada dan mengikhlaskan apa
yang sudah tidak ada. Tuhan selalu menguji umatnya
agar naik kelas, bukan sebaliknya. Aku percaya itu.
186

