Page 27 - Panduan Mentoring Islam STPN 2021
P. 27
mencari jalan dan sumber kebahagiaan pada jalan yang dibuat dan
digariskan oleh selain Allah dan Rasul-Nya. Allah Ta’ala berfirman:
ۡ
َ
َ َ
ُّ
َ َ
َ
َ َ َ
ّ ّ
ۡ
ُ َ َ َ َ َ ٞ ُ َ
َ ۡ َ
َ َ ُ
ٗ ُ
ُ ۡ َ َُۢ َ َ ۡ
َ ۡ
َ ۡ ُ
َ
َ
َ
ّ
َٰ
قَشي لَو ل ِ ضي لَف ياده عبت ٱ ن مف ىده نِِم مكنيتأي امإف ودع ٍ ضع ِلِ مكضعب اعيجَ اهنِم اطبه ٱ لاق
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
١٢٣
Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya
penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari
kiamat dalam keadaan buta”. (surat Thaha [20]: 123.
2. Menggabungkan Antara Kebahagiaan Ruh dan Jasad
Manusia terbentuk dari ruh dan jasad. Masing-masing dari keduanya
membutuhkan gizi dan nutrisi yang harus dipenuhi secara adil. Sebagian
kalangan hanya menekankan aspek ruh dan mengabaikan kebutuhan
jasad. Sebaliknya sebagian yang lain hanya menekankan pemenuhan
kebutuhan jasad dan mengabaikan kebutuhan ruh.
Adapun petunjuk Islam memenuhi kebutuhan keduanya (ruh dan jasad)
secara adil. Ruh dipenuhi kebutuhannya dengan cahaya wahyu dari langit
dan menjaga kesehatan jasad dengan pememenuhan hajat syahwat dan
syahwat melalui cara yang halal dan thayyib. Allah Ta’ala berfirman:
ٓ
ۡ
َ َ َ ۡ َ ۡ َ َ َ ۡ َ ُ َ َ َ ۡ َ ٓ َ ۡ َ َ َ ُّ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ ُ َ َ َ َ َ َ َ ۡ
َ
َٰ
داسفل ٱ ِغب ت لَو كلإ ِ للّ ٱ نسحأ امك نِسحأو اينلد ٱ نِم كبي ِ صن سنت لَو ةرِخلۡأٓ ٱ رالد ٱ للّ ٱ كىتاء اميِف ِغتب و ٱ
َ ۡ ُ ۡ ُّ ُ َ َ َ َ َ ۡ
ٮ٧ نيِدِسفمل ٱ بِيُ لَ للّ نإ ِ ٱ ۖ ِ ضرۡلۡ ٱ ِ فِ
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu
dari (kenikmatan) duniawi. (Surah al-Qashash [28]:77).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan kepada ummatnya untuk
menunaikan hak kepadapemiliknya masing-masing. “Sesungguhnya
Rabbmu punya haq darimu, dirimu punya haq darimu, keluargamu juga
punya hak, maka berilah setiap hak kepada pemiliknya” (Terj. HR. Bukhari).
3. Kebahagiaan dan Keberanian (Menghadapi Resiko hidup)
Barangsiapa yang telah menikmati manisnya Iman, maka ia takkan pernah
mau meninggalkannya, kendati pedang diletakkan di lehernya. Sepertimana
tukang sihir Fir’aun yang tegar menghadapi ancaman potong tangan-kaki
dan salib;
Panduan Kerohanian Islam STPN | 26