Page 30 - Panduan Mentoring Islam STPN 2021
P. 30
Adapun kebahagiaan di alam kubur, seorang Mu’min akan dilapangkan
kuburannya, sebagaimana diterangkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam dalam hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu, “Sungguh, seorang Mu’min dalam kuburannnya
benar-benar berada di taman yang hijau, dilapangkan kuburannya sejauh
tujuh puluh hasta, dan disinari kuburannya seperti –terangnya- bulan di
malam purnama” (dihasankan oleh al-Albaniy).
Sedangkan kebahagiaan di akhirat Allah berjanji akan tempatkan dalam
surga dan kekal di dalam selama-lamanya jelaskan dalam Hud ayat 108,
ُ ۡ َ َ ۡ َ ً َ َ َ ُّ َ َ ٓ َ َ َ ُ َ ۡ َ ُ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ ۡ َ ْ ُ َ ُ َ َ َ َ
ٓ
َٰ َٰ
َٰ
١٠٨ ٖذوذمَ يرغ ءاطع كبر ءاش ام لَإ ِ ضرۡلۡ و ٱ تومسل ٱ ِ تماد ام اهيِف نيِ ِلِخ ِةنلۡ ٱ فِف اودِعس نيِلَّ ٱ امأو۞
ِ
“Adapun orang-orang yang berbahagia, maka tempatnya di dalam surga,
mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu
menghendaki (yang lain); sebagai karunia yang tiada putus-putusnya” (Terj.
Qs Hud [11]:108)
Singkatnya, dengan iman seorang hamba dapat meraih kebahagiaan hakiki
di dunia dan di akhirat. Jadi, Islam telah datang dengan konsep dan jalan
kebahagiaan yang abadi, yang mencakup kebahagiaan di dunia dan di
akhirat.
Meskipun demikian Allah telah menjadikan kebahagiaan dunia dan akhirat
sebagai dua sisi yang saling terkait dan terpisah. Sehingga keduanya tidak
perlu dipertentangkan. Sebab keduanya adalah satu. Keduanya adalah jalan
yang satu. Allah mengingatkan bahwa siapa yang menghendaki balasan
dunia, maka Allah memeiliki balasan di dunia dan akhirat;
ۡ
َ
ٗ َ َُۢ ُ َ َ َ َ َ َ ۡ ُّ َ َ ُ َ َ َ َ َ َ ُّ َ َ ُ ُ َ َ َ
١٣٤ اير ِ صب اعيِمس للّ ٱ نكَو ِةرِخلۡأٓ و ٱ اين ٱ لد باوث ِللّ ٱ دنِعف اينلد ٱ باوث ديري نكَ نم
ِ
Barangsiapa yang menghendaki pahala di dunia saja (maka ia merugi),
karena di sisi Allah ada pahala dunia dan akhirat.(Qs An-Nisa [4]: 134).
Namun bagi seorang Muslim yang beriman bahwa kebahagiaan yang ada
disisi Allah jauh lebih baik dan kekal abadi.
Refrensi
Seimbanglah dalam Beragama, Al Qadiry,GIP
Etika ber’amar Ma’ruf Nahi Mungka, Ibnu Taimiyah, GIP.
Panduan Kerohanian Islam STPN | 29