Page 33 - Panduan Mentoring Islam STPN 2021
P. 33

Di dunia
                       a. Tuma’ninah atau ketenangan QS 13:28
                       b. Rasa aman
                       c. Hurriyah atau ketenangan QS 6:82
                       d. Barokah atau berkah yang banyak QS 7:96
                       e. Kholifah QS 2: 30
                       f. Hayatu thoyyibah atau kehidupan yang baik QS 16:97
                  Di akhirat
                       a. Jannah atau syurga QS 10:25-26
                       b. Mardhotillah atau keridloan allah SWT QS 98:8

                  PENDALAMAN MATERI
                  Untuk membuktikan keberadaan Allah swt, paling tidak digunakan tiga dalil
                  (bukti)  yang  bisa  mendukung  dan  menguatkan  bahwa  Allah  swt  itu  ada.

                  Dalil itu adalah dalil Naqli, Aqli dan Fitrah. Ini juga sebagaimana penegasan
                  Allah di dalam al-Qur’an sendiri:


                  ْ  دي ِ هَش   ْ ءيَش   ْ ِّ ِ لُك   ىَلع   َ  ْ ُهَّنأ َ    َْكِِّ برب   َ ِ  ِْفكَي      ْ  مَلوأ َ    ْ  قَحلا   ْ ُهَّنأ َ    ْ  مهَ   ُ ل  َْنَّيَبَتَي   ىَّتح   َ  ْ  م ِ هِسُف نأ َ    يِفو   ْ قاَفلْا      يِف   اَنِتاَياء َ    ْ  م ِ هي ِ رُنَس

                                               َ
                                                                             ِ َ
                  Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami
                  di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka
                  bahwa Al Qur'an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi
                  kamu)  bahwa  sesungguhnya  Dia  menyaksikan  segala  sesuatu?  (QS.
                  Fushilat (41): 53)

                  1. Dalil Fitrah
                  Manusia  sejak  masih  berada  dalam  alam  ruh  (arwah)  telah  ditanamkan
                  benih iman, kepercayaan dan penyaksian (syahadah) terhadap keberadaan
                  Allah swt. Dalam QS al-A’raf (7): 172 Allah menegaskan:


                                                                      َ
                            ُ
                                                                                    ُ
                                            ُ
                   ْ ِة َ ماَيِقلا  ْ موَي        اولوقَت  ْ   ُ  َ      نأ  اَن د ِ هَش  ىلَب   َ    اولاَق   ْ  مُكِِّ برب   َ ِ  ُْت سلأ   َ َ  ْ  م ِ هِسُف نأ َ   ىَلع   َ  ْ  مُهَده شأو َ    ْ  مُهَتَّيِّ    ِ ر ُ ذ  ْ  مِه ِ روُهظ  ْ  نم   ِ    ْ مَداء   يِنَب  ْ  نم   ِ    َْك بر   َ  ْ َذَخأ     َ  ْ ذ ِ إو َ
                                                                                         َ َ
                                                                    َ
                       َ
                  ْ َنيِلِفاَغ   اَذَه  ْ  نع   َ    اَّنُك   اَّن ِ إ

                  “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam
                  dari  sulbi  mereka  dan  Allah  mengambil  kesaksian  terhadap  jiwa  mereka
                  (seraya  berfirman):  "Bukankah  Aku  ini  Tuhanmu?"  Mereka  menjawab:
                  "Betul  (Engkau  Tuhan  kami),  kami  menjadi  saksi".  (Kami  lakukan  yang
                  demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya
                  kami  (bani  Adam)  adalah  orang-orang  yang  lengah  terhadap  ini  (keesaan
                  Tuhan)". (QS al-A’raf: 172)

                  Benih keyakinan terhadap eksistensi Allah merupakan fitrah atau sesuatu
                  yang bersifat kodrati. Dan karena bertuhan itu merupakan fitrah manusia,
                  maka  tepatlah  kiranya  kalau  Mircea  Eliade  mensifatinya  sebagai  ‘homo



                                                              Panduan Kerohanian Islam STPN | 32
   28   29   30   31   32   33   34   35   36   37   38