Page 25 - Panduan Mentoring Islam STPN 2021
P. 25
1. Jasmani.
“Mu’min yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin
yang lemah.” (HR. Muslim). Kebutuhan jasmani adalah makanan -dengan
ketentuan yang halaalan thoyyiban (halal dan baik) (QS. 80:24, 2:168)-,
beristirahat (QS. 78:9), pakaian (QS. 7:26), kebutuhan biologis (30:20-21)
dan hal-hal lain yang menjadikan jasmani kuat.
2. Akal.
Yang membedakan manusia dengan hewan adalah akalnya. Akal pulalah
yang menjadikan manusia lebih mulia dari makhluk-makhluk lainnya.
Dengan akal manusia mampu mengenali hakikat sesuatu. Mencegahnya
dari kejahatan dan perbuatan jelek. Membantunya memanfaatkan kekayaan
alam yang oleh Allah diperuntukkan baginya supaya manusia dapat
melaksanakan tugasnya sebagai khalifatullah fil ardhi (wakil Aallah di atas
bumi) (QS. 2:30, 33:72)
Kebutuhan akal adalah ilmu (3:190-191) untuk sarana pemenuhan
kebutuhannya. (Peserta perlu dimotivasi untuk menumbuhkan munah
hubbul ‘ilmi (iklim cinta pada ilmu).
3. Ruh (hati)
“… Sesungguhnya didalam jasad itu ada segumpal darah, jika ia baik
maka baiklah ke seleuruhan jasad itu, sebaliknya jika ia buruk maka
buruklah seluruh jasad itu. Dia itu adalah hati.”(HR. Bukahri -Muslim).
Kebutuhan hati adalah dzikrullah (ingat kepada Allah) (QS. 13:28, 62:9-
10). Pemenuhan kebutuhan rohani sangat penting, agar ruh tetap memiliki
semangat hidup, tanpa pemenuhan kebutuhan tersebut jiwa akan mati dan
tidak sanggup mengemban amanah besar yang dilimpahkan kepadanya.
Buah dari Tawazun
Dengan keseimbangan manusia dapat meraih kebahagian hakiki yang
merupakan nikmat Allah. Karena pelaksanaan syari’ah sesuai dengan
fitrahnya.
Kebahagian itu dapat berupa :
- Kebahagiaan bathin/jiwa, dalam bentuk ketenangan jiwa (QS. 13:28)
- Kebahagiaan zhahir/fisik, dalam bentuk kestabilan, ketenangan
beribadah, bekerja dan aktivitas lainnya.
Untuk skala ummat, ke-tawazun-an akan menempatkan umat Islam
menjadi Ummatan Washaton (umat pertengahan) (QS. 2:143).
Dengan menyeimbangkan dirinya maka manusia tersebut tergolong
sebagai hamba yang pandai mensyukuri nikmat Allah. Dialah yang disebut
manusia seutuhnya.
Contoh-contoh manusia yang tidak tawazun :
Panduan Kerohanian Islam STPN | 24