Page 73 - Dalam Bingkai Kesabaran
P. 73
“Bu, tolong anak saya panas.” Aku sedikit memohon,
takut kalau ditolak. Aku sangat berharap pertolongan dari
beliau. Aku takut anakku akan kejang lagi.
Bu bidan mempersilakan masuk dan langsung memeriksa
anakku. Suhu badannya dicek 39 derajat. Aku diberi obat dan
diminta memberi anakku banyak minum.
“Kalau badannya panas jangan diselimuti ya, Bu!” Bu
bidan menyarankan. Aku mengangguk saja.
“Tadi saya kira pasien yang mau melahirkan. Saya tadi
pagi janjian dengan pasien kalau sewaktu-waktu terasa mau
melahirkan akan datang ke sini.” Bu bidan menjelaskan.
Itulah sebabnya tadi baru kuketuk sekali saja pintu langsung
dibuka.
“Ibu rumahnya di sebelah mana?” Tanya bu bidan
selanjutnya.
“Dekat rumah pak pos, Bu.”
“O...dekat rumah pak Pos? Rumah paling timur utara
jalan ya?”
Aku mengiyakan. Panas badan anakku sudah mulai turun.
Tadi sempat bangun dan kubuatkan sebotol susu. Kami pun
segera mohon diri. Tak lupa kami ucapkan terimakasih.
Esok hari aku bingung. Mau berangkat ke sekolah atau
tidak. Aku tidak punya pembantu. Aku minta tolong tetangga
untuk menjaga anakku selama aku masuk kerja. Tapi panas
semalam membuatku kuatir. Di satu sisi aku ingin menunggui
anakku, disisi lain aku sungkan untuk minta ijin karena aku
masih guru baru di situ.
Dengan berat hati kutitipkan anakku ke tetangga, dan
aku berangkat ke sekolah. Waktu itu sedang tes semester.
Dalam Bingkai Kesabaran | 67