Page 72 - Dalam Bingkai Kesabaran
P. 72
***
Aku pindah ke rumah baruku ketika anakku berusia 16
bulan. Di rumah baru masih belum banyak tetangga. Suamiku
membangun rumah ditanah yang dibelinya ketika beliau
masih bujang. Kanan kiri rumah masih berupa sawah.
Rumahku di pinggir sungai kecil. Air sungai ini yang dijadikan
pengairan sawah-sawah di sekitar rumah. Depan rumah ada
kebun tetangga yang cukup luas. Sebelahnya ada pepohonan
bambu.
Suatu hari anakku sakit panas. Aku mencoba
mengompresnya. Seperti yang dilakukan ibuku, aku pun
mengolesi tubuh anakku dengan bawang merah yang diparut
dan dicampuri minyak kelapa. Panas badan anakku bisa
turun. Malamnya aku tidak bisa tidur. Badan anakku panas
lagi. Kukompres lagi dan kuulangi dengan parutan bawang
merah dan minyak kelapa. Baru saja aku mau meletakkan
piring kecil tempat parutan bawang merah, aku melihat
badan anakku bergerak seperti mau kejang. Aku langsung
mengangkat dan menggendongnya. Aku membangunkan
suamiku. Malam itu sudah menunjukkan pukul satu. Aku
bersikeras membawa anakku ke dokter. Suamiku jadi ikut
panik. Dikeluarkannya sepeda motor dan kubawa anakku ke
dokter. Tapi karena kami masih baru di lingkungan itu, kami
belum tahu dokter mana yang terdekat. Tiba-tiba kami
melewati sebuah rumah yang bertuliskan tempat praktek
bidan. Kami langsung mengetuk pintu rumah. Alhamdulillah,
tidak menunggu lama pintu dibuka pemiliknya.
66 | Harini