Page 7 - Sinar Tani Edisi 4069
P. 7
7
Edisi 8 - 14 Januari 2025 | No. 4069 Tahun LV
Capai Swasembada
Beras 2025, Ini Kata
Pengamat Pertanian
Pemerintah menargetkan swasembada beras pada 2025, namun
berbagai tantangan besar masih menghantui sektor pertanian
dalam negeri. Kondisi alam yang tidak menentu, konversi lahan
sawah yang semakin masif, serta rendahnya produktivitas menjadi
beberapa faktor yang mengancam pencapaian target tersebut.
ebagai negara dengan dan tertinggal (3T), membuat proses Tidak hanya masalah produktivitas
populasi terbesar keempat distribusi menjadi lambat dan mahal. dan konversi lahan, beberapa
di dunia, ketergantungan “Distribusi beras ke daerah yang faktor struktural lain juga berperan ”Banyak lahan
Indonesia terhadap beras bukan produsen utama menjadi dalam menurunnya produksi padi
sebagai makanan pokok sangat krusial, terutama saat terjadi di Indonesia. Salah satunya adalah sawah yang sudah
Smenjadikan sektor padi kelangkaan beras,” ujar Khudori. buruknya sistem irigasi yang
sebagai salah satu komponen utama mengakibatkan ketergantungan tidak produktif lagi.
dalam ketahanan pangan nasional. Penurunan Produksi yang tinggi terhadap pasokan air
Namun, akankah target swasembada Bukan hanya itu, Khudori hujan.
beras pada 2025 dapat tercapai? mengatakan sektor pertanian Data dari Kementerian Pertanian Produktivitas padi
Pengamat Pertanian Asosiasi Indonesia kini menghadapi menunjukkan bahwa hanya 10,9
Ekonomi Politik Indonesia kenyataan dalam tujuh tahun persen dari total irigasi permukaan stagnan hanya 0,13
(AEPI), Khudori mengungkapkan terakhir, produksi padi nasional yang dikelola dengan baik oleh
pandangannya tentang tantangan mengalami penurunan signifikan. waduk. Sisanya bergantung pada persen per tahun,”
besar yang dihadapi sektor produksi Bahkan, pada 2024, diperkirakan sungai yang ketersediaannya tidak
padi Indonesia. Menurut Khudori, Indonesia akan mengalami defisit selalu terjamin.
ada beberapa masalah mendasar beras sebesar 0,56 juta ton, yang Selain itu, konversi lahan sawah Khudori,
yang menghambat produksi beras akan menjadi defisit pertama dalam menjadi lahan non-pertanian Pengamat Pertanian Asosiasi
nasional. tujuh tahun terakhir. masih berlangsung pesat. Sulawesi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI)
“Ciri khas produksi beras kita adalah Penurunan ini sebagian besar Selatan, Jawa Tengah, Jawa Barat,
sangat terpusat dan bergantung disebabkan menyusutnya luas Kalimantan Selatan, dan Sumatera
pada musim. Itu membuat distribusi area sawah yang ditanami padi. Selatan menjadi beberapa daerah
dan pengelolaan stok beras menjadi Berdasarkan data dari Kementerian yang mengalami penurunan luas
tantangan besar, terutama pada Pertanian, luas panen padi menyusut sawah yang sangat signifikan. Dengan proyeksi surplus 1,253
saat panen melimpah,” ungkapnya hingga 1,33 juta hektare sejak 2018. ”Konversi lahan ini, ditambah dengan juta ton pada 2025, pemerintah
dalam webinar PATAKA “Outlook Salah satu penyebab utama dari degradasi tanah, menjadi tantangan optimis bahwa target swasembada
Pembangunan Pertanian 2025”. penurunan luas panen ini adalah besar untuk menjaga ketahanan beras dapat tercapai. Namun,
Konsentrasi produksi padi masih ”kelelahan tanah” atau soil fatigue, pangan nasional,” kata Khudori. Khudori mengingatkan bahwa
terpusat di Pulau Jawa. Berdasarkan di mana kesuburan tanah menurun meskipun ada proyeksi positif,
data terbaru, sekitar 55,8 persen dari akibat penggunaan pupuk yang Swasembada Berkelanjutan tantangan struktural seperti
total produksi padi nasional pada tidak seimbang dan terus-menerus. Meskipun tantangan besar stagnasi produktivitas dan
tahun 2023 berasal dari Pulau Jawa, ”Banyak lahan sawah yang sudah terus menghadang, ada beberapa degradasi lahan harus segera
sebuah angka yang hampir tidak tidak produktif lagi. Produktivitas padi langkah yang dapat diambil untuk diatasi. ”Kita harus memperbaiki
berubah sejak 1993, yang mencapai stagnan hanya 0,13 persen per tahun,” meningkatkan produksi padi kelemahan sistemik di sektor
58,79 persen. Jawa tidak hanya ujar Khudori. Bahkan, banyak petani secara berkelanjutan. Khudori pertanian, jika tidak, swasembada
menjadi pusat produksi padi, tetapi mulai beralih menanam komoditas menekankan perlunya revolusi beras bisa jadi hanya akan menjadi
juga menjadi andalan untuk berbagai lain yang lebih menguntungkan, hijau yang berkelanjutan, yang angan-angan belaka,” pungkasnya.
komoditas lain, seperti jagung (54,1%), seperti hortikultura dan tanaman mengedepankan teknologi adaptif, Herman/Yul
kedelai (62,3%), dan gula (61,2%). pangan lainnya. pengelolaan sumber daya alam
Khudori menekankan bahwa Ada beberapa definisi yang yang efisien, dan penggunaan benih
74,73 persen dari total areal padi perlu dipahami terkait swasembada berkualitas.
nasional berada di delapan provinsi beras. Khudori menjelaskan, ada ”Adopsi varietas baru seperti
utama, seperti Jawa Timur, Jawa tiga definisi swasembada beras Inpari 32 memang masih lambat.
Tengah, Jawa Barat, dan Sulawesi pertama, memenuhi 100 persen Padahal, kita memerlukan lebih
Selatan. Namun, ia melihat, hanya kebutuhan domestik. Kedua, 90 banyak varietas unggul yang lebih
ada 13- 14 provinsi yang mengalami persen kebutuhan domestik. Ketiga, tahan terhadap cuaca ekstrem,”
surplus produksi padi, sementara memenuhi kebutuhan dengan masa ungkapnya.
provinsi lainnya malah kekurangan. tertentu yang disertai dengan impor
”Produksi padi di Indonesia sangat jika terjadi gagal panen.
bergantung pada musim. Saat panen Saat ini, stok beras di gudang
raya, kita bisa mengalami surplus, Perum BULOG mencapai 2,065 juta
tapi saat musim gadu dan kemarau ton. Namun, Khudori mencatat,
tiba, kita bisa kesulitan memenuhi bahwa 89,1 persen dari stok tersebut
kebutuhan,” kata Khudori. berasal dari impor. ”Dengan proyeksi
Masalah ini semakin rumit karena stok awal 2025 yang hanya sebesar
wilayah yang bukan produsen utama 1,332 juta ton, pemerintah harus
beras harus mengandalkan distribusi memastikan bahwa ketersediaan
dari daerah lain. Infrastruktur beras ini bisa terus tercapai tanpa
distribusi tidak baik, terutama di ketergantungan pada impor,”
daerah-daerah terluar, terdepan, katanya.