Page 36 - Edelweis Bayan_Neat
P. 36

Itulah majaz sebagaimana definisi terdahulu, lafalnya tidak dimaksudkan makna asalnya tapi
          makna cabang atau konotasinya. Tercegahnya makna asal terjadi akibat adanya qarinah (ciri) yang
          mencegah dari dimaksudkan makna asal. Qarinah tersebut bisa berupa lafadz maupun hal (keadaan).
          Makna asal dan makna cabang tadi terhubung melalui ‘alaqah (ikatan). Oleh karena itu, berdasarkan
          ‘alaqahnya majaz terbagi pada:
          1.     Majaz Isti’arah

                 Definisinya ialah:

                                                                                  ةهباشمل� هتقَلاع زاجم
                                    “Majaz yang ‘alaqahnya saling menyerupai”

                 Lafaz دسلا� pada contoh di atas merupakan majaz isti’arah yang maknanya si pemberani.
                          أ
          Si pemberani (عاجش), makna far’i/yang dimaksud dari “Singa” makna asal lafadz دسلا� memiliki
                                                                                            أ
          hubungan saling menyerupai (ةهباشمل�). Di mana keserupaan keduanya berkumpul (عماج) pada sifat
          pemberani. Mirip dengan tasybih bukan?
                 Karena itu majaz isti’arah pada dasarnya ialah tasybih baligh yang dibuang salah satu tharafnya
          (هيفرط دحأ� فذح غيلب هيبشت). Khususnya lafadz musyabbah-lah yang dibuang. Maka, contoh دسلا� jika
                                                                                                 أ
          diasalkan:

                                                                                     أ
                                                                        سانل� مامأ� دسلااك عاجش بطَخ
          Kemudian فاكل� , dan عاجش dibuang secara bertahap. Perhatikan peristilahan yang terdapat pada
          isti’arah berikut:

          a.     راعَتسم yaitu lafadz yang mengandung isti’arah (meminjam).

          b.     هل راعَتسم yaitu makna far’i (هبشم).
          c.     هنم راعَتسم yaitu makna asal (هب هبشم).

          d.     Musta’ar lah dan musta’ar minhu suka disebut نيفرط.

          e.     عماج yaitu yang mengumpulkan kedua makna tersebut (هبشل� هجو).
                 Contoh lain majaz isti’arah beserta cara mentaqrirnya ialah sebagai berikut:


                              اعَبرأ� يلايل ترأاف ةليل يف # اهرعَش نم بئ�وذ ثلاث ترشن
                                «اعَبرأ�« ةنيرقُل�و لك يف د�وسل� عماجب لايلب رعَشل� هبش
                 “Dia menguraikan tiga kepang rambutnya pada suatu malam, dengan demikian dia memperli�
          hatkan empat malam”

                 Yakni menyerupakan tiga kepang rambut dengan malam karena sama-sama hitam. Lalu ciri
          yang mencegah makna asal ialah kata empat.

          Latihan: Untuk lebih memperdalam tentukan rukun isti’arah dari contoh berikut:




             34      Buku Ajar Edelweis Bayan
   31   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41