Page 379 - BUKU SEJARAH BERITA PROKLAMASI
P. 379

Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


                        Usaha  rahasia  ini  ditugaskan  kepada  seorang  tenaga  wanita
                bernama  Ibu  Lasti  untuk  memata-matai  posisi  polisi  NICA  di  kota
                Tabanan.  Ibu  Lasti  berhasil  membujuk  komandan  polisi  NICA  yang
                bernama  Wagimin,  agar  mau  memihak  kepada  Republik,  dan
                membantu  pemuda  pejuang  memeroleh  senjata  yang  ada  di  tangsi
                                             102
                polisi yang dipimpin Wagimin.  Bujukan dan ajakan Ibu Lasti disetujui
                oleh  Wagimin.  Kemudian,  rencana  penyerangan  ditetapkan,  yaitu
                tanggal 18 Nopember 1946 tengah malam hingga subuh. Satu pasukan
                TRI  dibantu  oleh  pemuda  dari  DPRI  mengadakan  serangan  terhadap
                tangsi polisi di Tabanan, serta berhasil melucuti pasukan polisi Belanda
                dan merampas senjata berserta amunisi yang tersimpan di sana, tanpa
                terjadi kontak senjata.

                        Segera  setelah  merebut  senjata,  induk  pasukan  bersama
                pasukan  penyergap  meninggalkan  kota  Tabanan,  dan  menjelang  pagi
                sampai  di  Banjar  Ole.  Letkol  Ngurah  Rai  menyusun  kembali  induk
                pasukan Resimen Sunda Kecil yang berjumlah personil 70 orang dengan
                senjata api melimpah. Sebagai kekuatan resmi dari angkatan bersenjata
                untuk memertahankan wilayah Republik Indonesia di Sunda Kecil, maka
                dibuat  sebuah  lencana  Merah  Putih  dihiasi  huruf  berbunyi
                ―Ciungwanara‖ yang dilekatkan pada pakaian seragam, sebagian hitam-
                hitam  dan  sebagian  lagi  hijau.  Letkol  Ngurah  Rai  memanggil  staf
                pimpinan  lainnya—Mayor  Debes,  Mayor  Wisnu,  Mayor  Sugianyar  dan
                bekas  komandan  Wagimin—membicarakan  dan  merencanakan  siasat
                perlawanan  selanjutnya.  Selama  pertemuan  berlangsung,  personil
                lainnya  mengikuti  acara  hiburan  yaitu  pertunjukan  tari  ―Janger‖  yang
                didatangkan dari Banjar Tunjuk.
                                              103
                        Pada tanggal 20 Nopember 1946, sejak pukul 06.00 desa Marga
                sudah dikurung tentara NICA dari arah selatan maupun utara. Selain itu,
                beberapa truk tentara NICA melintas di jalan raya Marga-Tunjuk. Di desa
                Marga,  tentara  Belanda  sudah  mulai  meneror  penduduk,  tua-muda,
                laki-perempuan, anak-anak disuruh keluar rumah; semuanya digiring ke
                pasar  dengan  ancaman  ditodong,  ditendang,  dipukul  agar  mau
                                                              104
                menyebutkan di mana pemuda pejuang berada.
                        Letkol Ngurah Rai mengetahui keadaan ini, dan memerintahkan
                anggota pasukan untuk mengalihkan tempat ke arah utara pada pukul
                08.30 dan memersiapkan steling di sana, di tengah-tengah sawah yang
                ditanami jagung dan ketela. Satu pasukan terdiri dari 24 orang tiba dari




                                                                                 367
   374   375   376   377   378   379   380   381   382   383   384