Page 383 - BUKU SEJARAH BERITA PROKLAMASI
P. 383

Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


                yang  tidak  bertentangan  dengan  undang-undang  negara  untuk
                                              116
                mencapai tujuan perhimpunan.  Rapat juga berhasil memilih pengurus
                partai, yakni I Gusti Putu Merta sebagai Ketua dan Ir. Soewarno sebagai
                Wakil  Ketua;  sekretarus  (Penulis)  adalah  I  Ketut  Soebrata  dan  I  Gede
                                                        117
                Poeger; dan bendahara dijabat I.B. Pidada.
                        Setelah  beberapa  perundingan  Indonesia-Belanda  mengalami
                kegagalan, Letnan Gubernur Jenderal H.J. van Mook pada Februari 1946
                menjajaki  kemungkinan  untuk  mengadakan  perundingan  dengan
                pemimpin  dan  pemuka  masyarakat  sebagai  tindak  lanjut  konsolidasi
                kedudukannya di seluruh wilayah Timur Besar. Tujuannya adalah untuk
                menyusun  suatu  bentuk  tatanegara  baru  mengikuti  garis  politik
                pemerintah  Belanda.  Utamanya  tentang  persemakmuran  Hindia
                Belanda, persekutuan dalam kerajaan, yang tersusun dari negeri-negeri
                yang  mempunyai  hak  memerintah  sendiri  dengan  tingkat  masing-
                masing.
                        118
                        Sebagai  tindak  lanjut  dari  prakarsa  politiknya,  van  Mook
                mencurahkan  perhatiannya  di  wilayah  pendudukan  tentara  Sekutu  di
                Timur Besar. Dari situ dibuat satu keputusan untuk menyelenggarakan
                perundingan  dalam  sebuah  konferensi  yang  akan  melibatkan  wakil-
                wakil daerah di seluruh wilayah Timur Besar, Kalimantan, Bangka, Riau
                dan  Belitung.  Konferensi  ini  diselenggarakan  di  Malino  pada  16  Juli
                1946,  dengan  didahului  suatu  upacara  serah  terima  kekuasaan  di
                bidang  keamanan,  ketertiban  umum  dan  pemerintahan  dari  tangan
                tentara Sekutu ke tangan pemerintah Hindia Belanda-NICA di Makasar
                pada  15  Juli  1946.   Seusai  upacara  serah  terima  kekuasaan
                                      119
                pemerintahan,  van  Mook  mengumumkan  keputusannya,  untuk
                menghapuskan keadaan darurat perang di wilayah Timur Besar kecuali
                                               120
                daerah Bali yang masih bergolak.
                        Konferensi  Malino  dibuka  secara  resmi  oleh  van  Mook  di
                hadapan peserta yang hampir 100 orang jumlahnya. Mereka terdiri dari
                staf  aparaturnya,  peninjau  dari  kalangan  pers,  film  dan  radio  dan
                sebagian  besar  dari  wakil-wakil  daerah.  Wakil-wakil  daerah  yang
                diundang berjumlah 51 orang meliputi daerah-daerah Bangka-Belitung,
                Kalimantan  Barat,  Kalimanatan  Selatan,  Kalimantan  Timur,  Sulawesi
                Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sangihe dan Talaud, Maluku
                Utara,  Maluku  Selatan,  Irian,  Tanimbar,  Kepulauan  Kei  dan  Aru,  Bali,
                Lombok, Sumbawa, Sumba, Flores, dan Timor.
                                                            121
                        Dalam  pidato  pembukaannya,  van  Mook  menyarankan  bahwa
                sudah  tiba  saatnya  sekarang  untuk  merencanakan  dan  merundingkan
                tindakan-tindakan  yang  layak  diambil  guna  menyusun  suatu  tata



                                                                                 371
   378   379   380   381   382   383   384   385   386   387   388