Page 391 - BUKU SEJARAH BERITA PROKLAMASI
P. 391

Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


                Republikan, Mr. Tadjoeddin  Noor, Mr.  S. Binol, G.R.  Pantouw sebagai
                wakil-wakil daerah Sulawesi Selatan, Ajoeba Warta Bone dan Tom Olie
                wakil-wakil  dari  Sulawesi  Utara,  Inchi  Moch.  Dachlan  dari  Sulawesi
                Tengah,  J.  Tatengkeng  dari  Sangihe  dan  Talaud,  E.U.  Pupella  dari
                Maluku Selatan, I Made Mendra, I Gusti Bagus Oka dan Lalu Serinata
                dari Bali dan Lombok, I.H. Doko dari Timor.
                        Mereka  menyampaikan  pendapat  dan  pandangannya  pada
                sidang-sidang  selama  konferensi  berlangsung.  I  Made  Mendra  ketika
                diberi  kesempatan  menyatakan  keinginannya  agar  Bali  dipersatukan
                dengan  Republik     di   Jawa   yang   merdeka.    Beberapa    wakil
                mengemukakan  kecurigaan  akan  maksud-maksud  ketatanegaraan  dari
                pemerintah Belanda dan Hindia Belanda. A.A. Gde Agung menyatakan
                bahwa  sejak  Malino  setengah  tahun  telah  berlalu  tidak  ada
                pembaharuan-pembaharuan  yang  terjadi.  Raden  Nuna  Nuraksa
                (Lombok)  menyebut  perasaan  penjajahan  kuno  masih  terdapat  pada
                orang-orang, karena permintaan yang bersifat kebenaran sering ditolak.
                Tadjoedin  Noor  menuntut  kemerdekaan  bagi  NIT.  Semua  kecurigaan
                pendapat  wakil-wakil  daerah  itu  ditanggapi  van  Mook,  pemangku
                pemerintah  Hindia  Belanda,  secara  diplomatis,  bahwa  masalah
                penggabungan daerah, pembaharuan dan kemerdekaan NIT baru bisa
                dipecahkan     setelah   Persetujuan   Linggajati   diratifikasi   dan
                             139
                dilaksanakan.
                        Sementara  itu,  di  luar  gedung  pertemuan  tempat  konferensi
                berlangsung,  di  Bali  Hotel  Denpasar,  terdapat  kebutalan  tekad  para
                pemuda  dengan  menyebarluaskan  propaganda  bahwa  ―Kemerdekaan
                100%‖  tidak  bisa  ditawar-tawar  lagi.  Selain  itu,  dalam  rapat  Parrindo
                setelah  Konferensi  Denpasar,  yang  dihadiri  100  orang,  mendengarkan
                penjelasan  dari  pengurus  partai  tentang  penentuan  sikap  partai
                                                                           140
                menunggu keputusan KNIP meratifikasi Persetujuan Linggajati.
                        Selama berlangsungnya konferensi di Denpasar Bali, kelompok-
                kelompok  pendukung  Republik  di  Timor  juga  bermunculan.  Mereka
                bergerak melalui saluran organisasi sosial politik. Kelompok Republik di
                Sumbawa  Besar  mengorganisasikan  diri  dalam  Gerakan  Sosialis
                Indonesia  (GESINDO),  setelah  pembubaran  cabang  Partaij  Demokrasi
                Indonesia (PDI). Pada tanggal 19 Desember 1946, mereka menegaskan
                pandangan  politiknya  untuk  mengakui  hanya  dan  satu-satunya






                                                                                 379
   386   387   388   389   390   391   392   393   394   395   396