Page 143 - KUMPULAN_CERPEN_FLIPPING BOOK
P. 143

Air mata itu  menetes.  Ingatan tiga  hari lalu  benar-
            benar membuatmu harus meresapi semuanya setelah semua

            pekerjaanmu selesai, tiap malam. Seluruhnya sudah diselesaikan
            dan kau hanya cukup mengamatinya untuk menghibur diri,
            melewati malam sampai pagi dengan sendiri.

                  Kau memang hanya manusia. Tapi kau adalah Teguh, seperti

            namamu. Ingatan tiga hari lalu yang terus-menerus bertamu di
            malam-malam terakhir menjadi satu-satunya alasan kau serapuh
            itu. Namun, mengantarkan dirimu pada kedamaian hati adalah
            upaya yang terus kau lakukan untuk menenangkan diri.


                  Kau tersenyum. Sekelabat kemudian layar komputer yang
            masih  menyala  kembali  menjadi  fokus pengelihatanmu.  Kau
            melihat angka-angka itu lagi, tapi kali ini semua telah selesai.
            Saatnya kau kembali pada ingatan tiga hari lalu.


                  Demikianlah seperti yang kau ketahui. Perpisahan adalah
            sebuah mukadimah untuk menyambut hari-hari penuh rindu.
            Sayangnya, rindu tidak seperti hujan di luar sana yang cepat
            redanya. Lebih sering, rindu menjadi abadi di hati.


                  “Kalau aku pergi, aku ingin kamu selalu munajatkan doa.”

                  Itu waktu yang berat. Kau menyaksikan pertaruhan dua
            nyawa yang tengah berjuang untuk hidup. Riani, istrimu yang
            kau kasihi, tersenyum saat kau mengantarnya ke ruangan tempat

            dia berjuang melahirkan anakmu. Senyum yang tulus sekali.
            Tanganmu membelai wajahnya beberapa kali.



                                                        Kumpulan Cerpen  135
   138   139   140   141   142   143   144   145   146   147   148