Page 71 - 20201219 - Tempo - Korupsi Bansos Kubu Banteng
P. 71
12/20/2020 Cara Perempuan Rakyat Penunggu di Langkat Melawan Penggusuran oleh PTPN II - Laporan Khusus - majalah.tempo.co
Rakyat Penunggu dan petugas PT Perkebunan Nusantara II yang dibantu aparat
Tentara Nasional Indonesia pecah di Kampung Durian Selemak, Kecamatan
Wampu, Langkat, Sumatera Utara.
Bersama puluhan perempuan Rakyat Penunggu, Mahyanun berusaha menghadang
buldoser yang hendak "membersihkan" belasan rumah dan lahan warga kampung.
Permukiman Mahyanun masuk wilayah lahan yang diklaim milik PTPN II
berdasarkan sertifikat hak guna usaha. "Kami mendapat warisan tanah ini dari
leluhur yang sudah tinggal sejak puluhan tahun lalu," kata Mahyanun di Kampung
Durian Selempak pada Rabu, 16 Desember lalu.
Dua hari sebelumnya, 28 September, Mahyanun sudah bersiap menghadang alat
berat yang hendak masuk ke kampung. Gesekan antara para perempuan Rakyat
Penunggu dan petugas keamanan sudah terjadi pada hari itu. Sanun-panggilan
Mahyanun-melihat sendiri seorang ibu dicampakkan ke parit oleh petugas
keamanan PTPN II. Menurut Mahyanun, aparat TNI sudah dikerahkan pada hari
pertama bentrokan.
Tak mampu menembus pagar hidup perempuan Rakyat Penunggu, perusahaan
menarik mundur petugas dan alat berat. Besoknya, mereka datang lagi. Kali ini
pertahanan warga dan ibu-ibu Rakyat Penunggu bobol. Buldoser merambah
ladang masyarakat yang ditanami jagung.
Pohon buah seperti jeruk, manggis, dan rambutan roboh digilas buldoser dan alat
berat lain. Sedikitnya 15 rumah warga Rakyat Penunggu juga rata dengan tanah,
termasuk rumah dan pekarangan anak Mahyanun. "Sekarang saya sudah tak
punya apa-apa lagi," ujamya.
Sejumlah warga kampung menyebutkan perusahaan tak pemah mengirim surat
pemberitahuan rencana pembersihan lahan. Cuma ada spanduk terpasang di
sejumlah titik. Spanduk itu berisi klaim PTPN II atas tanah dan pembangunan
kebun tebu. Hal itu memaksa sejumlah perempuan pemilik kebun jeruk memanen
buah lebih awal, meski buah-buah itu belum ranum.
Di Pertumbukan, kampung tetangga Durian Selemak, Juriah mengalami nasib
serupa dengan Mahyanun. Mereka sama-sama berasal dari masyarakat adat
Rakyat Penunggu. Perempuan 36 tahun itu memiliki ladang seluas 10 rante
sekitar 4.000 meter persegi-yang sudah dikelola bersama keluarga selama 25
tahun. Di atas tanah itu, Juriah menanam sawit, kelapa, danjagung. Sesekali ia
menanam ubi, mentimun, dan kangkung.
read ://https _ majalah. tempo.co/?url=https%3A %2F%2Fmajalah. tempo.co%2Fread%2Flaporan-khusus%2F162137%2F cara-perempuan-rakyat-p. . . 2/3