Page 88 - PROSES & TEKNIK PENYUSUNAN UNDANG-UNDANG
P. 88

PROSES & TEKNIK
                  PENYUSUNAN UNDANG-UNDANG


                                3)   Prosedur dipandang sebagai inti hukum,  dan dengan
                                    demikian maka tujuan pertama dan kompetensi utama tata
                                    hukum adalah regulasi dan kelayakan.
                                4)   Loyalitas pada hukum  yang mengharuskan kepatuhan
                                    semua pihak pada aturan hukum positif. Kritik terhadap
                                    aturan hukum positif harus dilaksanakan melalui proses
                                    politik.
                           c.   Tatanan Hukum Responsif, hukum dipandang sebagai fasilitator
                                respons atau sarana tanggapan terhadap kebutuhan dan aspirasi
                                sosial. Pandangan ini mengimplikasikan dua hal: Pertama, hukum
                                itu harus fungsional, pragmatik, bertujuan, dan rasional.  Kedua,
                                tujuan menetapkan standar bagi kritik terhadap apa yang berjalan.
                                Ini berarti bahwa tujuan berfungsi sebagai norma kritik dan dengan
                                demikian mengendalikan diskresi administratif serta melunakkan
                                risiko  institutional surrender. Dalam tipe ini, aspek ekspresi dari
                                hukum lebih mengemuka ketimbang dalam dua tipe lainnya,
                                dan keadilan substantif juga dipentingkan di samping keadilan
                                prosedural.


                           H.  NORMA DAN TEORI HIERARKI
                                Norma atau kaidah merupakan pelembagaan nilai-nilai baik
                           dan buruk dalam bentuk tata aturan  yang berisi kebolehan, anjuran,
                           atau perintah. Baik anjuran maupun perintah dapat berisi kaidah yang
                           bersifat positif atau negatif sehingga mencakup norma anjuran untuk
                           mengerjakan atau anjuran untuk tidak mengerjakan sesuatu, dan
                           norma perintah untuk melakukan sesuatu, dan norma perintah untuk
                           tidak melakukan sesuatu. Maria Farida Indrati Soeprapto mengatakan
                                                 95
                           norma adalah suatu ukuran yang harus dipatuhi oleh seseorang dalam
                           hubungannya dengan sesamanya ataupun  dengan lingkungannya.
                                                                                     96
                           Menurut Hans Kelsen:
                           “ A norm the validity of which cannot be derived from a superior norm we
                           call a “basic” norm, all norm whose validity may be traced back to one and

                          95  Jimly Assiddiqie, Pengantar Hukum Tata Negara, (Jakarta: Kompress, 2006).
                          96  Maria Farida Indrati Soeprapto, Ilmu Perundang-Undangan (1) (Jenis Fungsi, Materi Muatan), (Yogyakarta:
                       Kanisius, 2007).


                   70    dpr.go.id
   83   84   85   86   87   88   89   90   91   92   93