Page 93 - PROSES & TEKNIK PENYUSUNAN UNDANG-UNDANG
P. 93

ILMU PERUNDANG-UNDANGAN,
                                                       TEORI, HIERARKI, DAN MATERI MUATAN
                                             PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA


                           menerimanya sebagai sesuatu  yang tidak dapat diperdebatkan lagi,
                           sebagai suatu hipotesis, sesuatu yang fiktif, suatu aksioma. Ini diperlukan
                           untuk tidak menggoyahkan lapis-lapis bangunan tata hukum yang pada
                           akhirnya menggantungkan atau mendasarkan diri kepadanya.
                                Di dalam suatu negara, norma dasar ini disebut juga
                           staatsfundamentalnorm.  Staatsfundamentalnorm  suatu  negara
                           merupakan  landasan  dasar  filosofisnya  yang  mengandung  kaidah-
                           kaidah dasar bagi pengaturan negara lebih lanjut.  Notonagoro
                                                                         105
                           menerjemahkan istilah Staatsfundamentalnorm dengan Pokok Kaidah
                           Fundamental Negara.  Sedangkan A. Hamid S. Attamimi menyebutkan
                                             106
                           dengan istilah Norma Fundamental Negara.
                                Berdasarkan teori Nawiasky tersebut,  A. Hamid S.  Attamimi
                           membandingkannya dengan teori Kelsen dan menerapkannya pada
                           struktur tata hukum di Indonesia. A. Hamid S. Attamimi menunjukkan
                           struktur hierarki tata hukum Indonesia dengan menggunakan teori
                           Nawiasky. Berdasarkan teori tersebut, struktur tata hukum Indonesia
                           adalah: 107

                           1.   Staatsfundamentalnorm: Pancasila (Pembukaan UUD NRI  Tahun
                                1945);

                           2.   Staatsgrundgesetz: Batang Tubuh UUD NRI Tahun 1945, TAP MPR,
                                dan Konvensi Ketatanegaraan;
                           3.   Formellgesetz: UU; dan

                           4.   Verordnung en:  Secara  hierarki  mulai  dari  PP  hingga  Autonome
                                Satzung Keputusan Bupati atau Walikota.
                                Tata urutan atau susunan hierarki dari tata hukum suatu negara
                           dapat dikemukakan dengan mempostulasikan norma dasar, konstitusi
                           adalah adalah urutan tertinggi di dalam suatu hukum nasional  (the
                           constitutons is highest level  within national law). Konstitusi disini
                           bukan dalam bentuk formal atau suatu dukumen resmi melainkan
                           konstitusi dalam arti materiil yaitu peraturan-peraturan yang mengatur
                           pembentukan norma-norma hukum  yang bersifat umum, khususnya
                           pembuat UU.
                          105 Hamid S.  Attamimi, UUD 1945-TAP MPR UNDANG-UNDANG, dalam Padmo  Wahjono (penghimpun),
                       Masalah Ketatanegaraan Dewasa Ini, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1984), hlm. 125.
                          106 Joeniarto, Sejarah Ketanegaran Republik Indonesia, (Jakarta: Bina Aksara, 1986, hlm. 6.
                          107 Op. cit., A. Hamid S. Attamimi, Peranan Keputusan Presiden Republik Indonesia dalam Penyelenggaraan
                       Pemerintahan Negara, Disertasi.


                                                                                  75
                                                                         dpr.go.id
   88   89   90   91   92   93   94   95   96   97   98