Page 94 - PROSES & TEKNIK PENYUSUNAN UNDANG-UNDANG
P. 94

PROSES & TEKNIK
                  PENYUSUNAN UNDANG-UNDANG


                                Dalam pengetahuan ilmu hukum terutama bagian-bagian  yang
                           erat hubungannya dengan pembuatan hukum  (law making)  dan
                           pelaksanaannya (law enforcement), masalah sumber hukum merupakan
                           suatu hal yang perlu untuk selalu dipahami, dianalisa, dan ditimbulkan
                           permasalahan dan pemecahannya. Sehingga dapat diharapkan
                           akan ada keserasian dengan  perkembangan  hukum sesuai dengan
                           kebutuhan masyarakat.

                                Suatu peraturan perundang-undangan biasanya hanya terbatas
                           pada asas yang menyebutkan misalnya: “Peraturan yang lebih rendah
                           tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan
                           yang  lebih  tinggi  tingkatannya”  atau  dalam  hal  UUD  ada  ungkapan
                           “the supreme law of the land”. Karena tata urutan itu mempunyai
                           konsekuensi, bahkan setiap peraturan perundang-undangan harus
                           memiliki dasar hukum pada peraturan perundang-undangan yang lebih
                           tinggi tingkatannya.
                                Apabila ternyata peraturan perundang-undangan  yang lebih
                           rendah tingkatannya bertentangan dengan peraturan perundang-
                           undangan yang lebih tinggi, peraturan perundang-undangan tingkatan
                           lebih rendah dapat dituntut untuk dibatalkan bahkan batal demi hukum
                           (van rechtswege nietig).
                                UU (formal)  yang akan ditetapkan tidak boleh bertentangan
                           dengan  UUD  sebagai  peraturan  perundang-undangan  yang  lebih
                           tinggi tingkatannya, kecuali dalam Undang-Undang Dasar Sementara
                           (UUDS)  Tahun 1950. Prinsip  atau ketentuan  yang menyebutkan:
                                                    108
                           “Undang-Undang tidak dapat diganggu gugat” bertalian dengan ajaran
                           “supremasi parlemen”. Di sini, UUD lebih dipandang sebagai “asas-asas
                           umum” daripada sebagai kaidah hukum. 109
                                J.H.A.  Logemann mengatakan, setiap  peraturan hukum  pada
                           hakikatnya dipengaruhi oleh dua unsur penting yaitu: 110
                           1.   Unsur riil, karena sifatnya yang konkret, bersumber dari lingkungan
                                di mana manusia itu hidup, seperti tradisi atau sifat-sifat  yang
                                dibawa manusia sejak lahir dengan perbedaan jenisnya.

                          108 Op. cit., Hans Kelsen, General Theory of Law and State, Translated by Anders Wedberg, Russel & Russel.
                          109 Bagir Manan, Teori dan Politik konstitusi, (Yogyakarta, FH UII Press, Cetakan kedua, 2004), hlm. 202.
                          110  J.H.A. Logemann dikutip dalam Abu Daud Busroh dan Abubakar Busro, Asas-Asas Hukum Tata Negara,
                       (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1993), hlm. 12.


                   76    dpr.go.id
   89   90   91   92   93   94   95   96   97   98   99