Page 56 - BUKU KENDARAAN BERMOTOR LISNAS AGUS HERMANTO
P. 56
Dr. Agus Hermanto
cepat masih lebih lama dibandingkan dengan pengisian bahan bakar
minyak pada mobil konvensional. Sehingga umumnya pemilik mobil listrik
tidak memerlukan pengisian cepat, mereka melakukan pengisian baterai
di rumah masing-masing selama malam hari, atau di tempat pekerjaan
selama mereka bekerja.
Kebanyakan mobil listrik tidak memerlukan peralatan khusus
pengisian baterai, dikarenakan peraatan pengisian tersebut sudah
tersedia didalam mobil listrik, dan hanya dibutuhkan converter daya AC
220 volt yang tersedia di rumah atau di tempat kerja menjadi daya DC
untuk kebutuhan baterai. Dengan pengisian dari 220 Volt AC sangat lambat
membutuhkan hampir satu hari penuh, atau 3 hari untuk menempuh jarak
kurang lebih 300 mil. Untuk itu sebagian pemilik mobil listrik memasang
konektor khusus 240 AC untuk menekan waktu pengisian menjadi
beberapa jam, dan umumnya stasiun pengisian baterai umum memakai
konektor 240 Volt.
Pengisian cepat merubah AC menjadi DC memberikan arus
listrik yang cukup besar sehingga harus dilengkapi dengan peralatan
manajemen pengisian untuk mengontrol besarnya beban arus pengisian
untuk melindungi baterai dari kerusakan. Contohnya system pengisian
akan mengurangi arus pengisian bila temperatur baterai menjadi tinggi
dan pengisian akan berhenti pada kapasitas baterai sudah mencapai 80%
(persen) dari kapasitas.
Kapasitas pengisian cepat DC ini juga bervariasi. Umumnya hanya
mensuplai 20 kilowat, tetapi pada beberapa penelitian pengisian cepat
ini ada yang mensuplai sampai 100 kilowatt (sebagai perbandingan outlet
240-Volt akan mensuplai 3,3 kilowatt). Seperti disebutkan harga stasiun
pengisian cepat ini masih mahal, harga peralatan berkisar antara USD
10,000 dan harga instalasi sistem stasiun pengisian cepat bisa 3 kali harga
peralatan sehingga harga keseluruhan bisa mencapai USD 100,000, pada
kasus tertentu.
Tren kendaraan listrik membuat pemerintah reaktif untuk
membangun infrastruktur pengisian listrik. BUMN dalam hal ini PT
Pertamina (Persero) dan PT. PLN (Persero) merupakan ujung tombak dalam
pembangunan Stasiun Pengisian Listrik Umum (SPLU) atau sebagai sarana
pengisian daya untuk kendaraan listrik yang akan menjadi kendaraan
di masa depan. Kedua BUMN harus siap dalam menghadapi disruption
business dari kendaraan konvensional berbahan bakar minyak kearah
52 KENDARAAN BERMOTOR LISTRIK NASIONAL