Page 205 - BUKU KATA FADLI CATATAN KRITIS DARI SENAYAN
P. 205
BABAK BELUR BAB VIII
INFRASTRUKTUR
(10)
PERBAIKI MUDIK DENGAN
BENAHI KEBIJAKAN PERKERETAAPIAN
ARI ini, Jumat, 14 Juni 2018, yang bertepatan dengan tanggal 1
Syawal 1439 H, ummat Muslim di seluruh dunia, tak terkecuali
di Indonesia, merayakan Hari Raya Idul Fitri. Dalam tradisi
Islam di Indonesia, Idul Fitri bukan hanya merupakan ritus
Hreligi, melainkan juga telah menjadi ritus kebudayaan yang
telah berakar dalam.
Dari sisi religi, Idul Fitri sering dimaknai sebagai kembali kepada
kesucian. Sebab, sesudah umat Islam lulus melaksanakan ibadah puasa
di bulan suci Ramadhan, maka ia akan diampuni dosa-dosanya, sehingga
kembali menjadi suci selayaknya bayi yang baru saja dilahirkan. Itu
sebabnya perayaan Idul Fitri selalu melibatkan pesta kegembiraan.
Meskipun demikian, Idul Fitri juga punya dimensi sosial yang melekat,
karena di dalamnya juga melibatkan kewajiban untuk berzakat.
Sementara, dari sisi kebudayaan, Idul Fitri telah melahirkan sejumlah
ritus, mulai dari tradisi mudik hingga tradisi ketupat lebaran yang penuh
dengan simbol. Tradisi mudik, misalnya, menunjukkan dengan jelas betapa
kuatnya ikatan kekeluargaan di tengah masyarakat kita. Secara ekonomi,
melalui tradisi mudik ini, kemakmuran yang semula terkonsentrasi di
kota-kota besar juga kemudian bisa didistribusikan ke berbagai pelosok
tanah air.
Dalam masyarakat Jawa, yang merupakan etnis terbesar di
Nusantara, ketupat memiliki arti simbolik ‘ngaku lepat’, alias mengakui
kesalahan, sebuah manifestasi kejujuran dan sikap rendah hati mengakui
kekurangan dan kesalahan. Jadi, bagi masyarakat Indonesia, Idul Fitri ini
telah menjadi ritus religi sekaligus kebudayaan.
Mengingat penting dan kolosalnya perayaan Idul Fitri ini, maka
setiap tahun pemerintah perlu mengelola sedemikian rupa momen
CATATAN-CATATAN KRITIS 203
DARI SENAYAN