Page 248 - BUKU KATA FADLI CATATAN KRITIS DARI SENAYAN
P. 248

TARIK ULUR  BAB X
                                                                         FREEPORT




                 tersebut, kenapa ada pembelokan substansi dan lain sebagainya, yang
                 tak sesuai dengan UU No. 4/2009.
                      Kedua, sesudah PT Inalum menjadi pemegang saham mayoritas PTFI,
                 kita perlu mempertanyakan bagaimana Pemerintah akan menagihkan
                 kewajiban-kewajiban hukum Freeport yang seharusnya ditunaikan
                 sebelum proses pembelian saham ini berlangsung? Misalnya, soal kewajiban
                 membangun smelter yang nilai investasinya mencapai US$2,6 miliar. Siapa
                 yang akan membiayai? Apakah investasi pembangunan smelter itu, yang
                 mestinya telah dilakukan Freeport sejak 2009 silam, juga akan dibiayai
                 menggunakan uang US$3,85 miliar?

                      Siapa, misalnya, yang akan membayar denda Rp460 miliar yang harus
                 dibayarkan Freeport karena telah menggunakan hutan lindung tanpa izin?
                 Jangan lupa, denda itu wajib dilunasi dalam dua tahun ke depan.
                      Jadi, sangat menggelikan jika semua kewajiban tadi pada akhirnya
                 justru harus dibayar oleh kita sendiri. Lalu, di mana klaim kemenangan
                 yang kini sedang digembar-gemborkan Pemerintah?!
                      Ketiga, kita perlu mempertanyakan langkah Inalum membeli saham
                 PTFI menggunakan global bond. Sebab, dalam aturan global bond, kita tak
                 bisa melarang kalau Freeport MacMoran yang semula menjadi pemegang
                 saham mayoritas PTFI ikut membeli global bond yang diterbitkan Inalum.
                 Masalahnya, jika  global bond Inalum yang digunakan untuk membeli
                 Freeport Indonesia juga dipegang oleh Freeport McMoran, bukankah ini
                 hanya dagelan belaka?
                      Saya kira kita juga perlu memeriksa data pemegang  global bond
                 Inalum dan afiliasinya, untuk mengetahui apakah ada kongkalikong dalam
                 transaksi ini atau tidak.
                      Keempat, masih terkait penerbitan global bond oleh PT Inalum, kita
                 juga perlu mempertanyakan menggelembungnya utang BUMN dalam tiga
                 tahun terakhir. Menurut saya utang BUMN ini adalah persoalan serius
                 yang harus diawasi secara cermat.
                      Dengan penerbitan global bond sebesar US$4 miliar, PT Inalum kini
                 memiliki kewajiban utang global yang besar sekali. Inalum diperkirakan
                 harus membayar beban kupon sebesar Rp1,7 triliun setiap tahun. Ini bisa




                                                                  CATATAN-CATATAN KRITIS  251
                                                                         DARI SENAYAN
   243   244   245   246   247   248   249   250   251   252   253