Page 263 - BUKU KATA FADLI CATATAN KRITIS DARI SENAYAN
P. 263

Dr. Fadli Zon, M.Sc





                 upah minimum buruh kita merupakan yang terendah keempat di ASEAN.
                 Kita hanya unggul atas Myanmar, Laos dan Kamboja.
                      Begitu  juga  kalau  dilihat  dari  sisi  kebebasan  berserikat.  Menurut
                 catatan pemerintah, ada lebih dari 230 ribu perusahaan di Indonesia. Jika
                 tiap-tiap perusahaan memiliki serikat buruh, seharusnya jumlah serikat
                 buruh kita cukup banyak. Namun nyatanya, dalam 10 tahun terakhir
                 jumlah serikat buruh kita malah anjlok hingga 50 persen. Pada tahun 2007
                 jumlah serikat buruh kita masih berada di angka 14.000. Namun, pada 2017
                 jumlahnya tinggal 7.000 saja. Ke mana sisanya?

                      Saya khawatir, meski pemerintah selalu mengklaim kondisi
                 perburuhan kita dalam keadaan baik-baik saja, namun kenyataannya
                 tidaklah demikian. Menurut data BKPM, jumlah lapangan kerja di Indonesia
                 memang mengalami penyusutan dalam 10 tahun terakhir. Pada 2010,
                 misalnya, setiap investasi sebesar Rp1 triliun masih bisa menyerap tenaga
                 kerja hingga 5.015 orang. Namun di tahun 2016, rasio tersebut tinggal 2.272
                 orang saja per Rp1 triliun nilai investasi.
                      Itu sebabnya kita harus kritis terhadap turunnya angka pengangguran
                 yang  sering  diklaim  pemerintah.  Di atas  kertas,  persentase  jumlah
                 pengangguran dilaporkan menurun, tetapi sebagian besar angkatan kerja
                 itu tak lagi bekerja di sektor formal, melainkan telah terlempar menjadi
                 pekerja di sektor informal.
                      Ini menjelaskan kenapa misalnya jumlah anggota serikat buruh pada
                 2017 hanya tinggal 2,7 juta orang saja, padahal pada tahun 2007 jumlahnya
                 mencapai 3,4 juta orang. Mereka sudah di-PHK dan kini hanya bisa bekerja
                 di sektor informal, seperti menjadi sisten rumah tangga, tukang pangkas
                 rambut, pedagang asongan, atau ojek online. Ini jelas bukan sektor yang
                 kita harapkan menjadi penopang penciptaan lapangan kerja.

                      Merujuk pada data BPS, dalam rentang tahun 2015-2016,
                 perekonomian kita juga hanya bisa menciptakan 290 ribu hingga 340 ribu
                 lapangan kerja per 1 persen pertumbuhan ekonomi. Padahal, dalam situasi
                 normal angka serapan lapangan kerja seharusnya berada pada level 500
                 ribu per 1 persen pertumbuhan ekonomi. Jadi, kemampuan penciptaan
                 lapangan kerja ekonomi kita sebenarnya di bawah standar.





                268 KATA FADLI
   258   259   260   261   262   263   264   265   266   267   268