Page 134 - BUKU SATU - DARI VOLKSRAAD KE KOMITE NASIONAL INDONESIA PUSAT 1918-1949
P. 134
Volk sr aad 1918 – 1931
yudisial. Ketua komisi dipegang oleh Ketua Volksraad, dengan
anggota Blaauw, Dwijosewoyo (pengganti), dan Kan.
Pada rapat Volksraad tanggal 3 Januari 1930, mantan Bupati Jepara
yang menjabat posisi Ketua Budi Utomo, Kusumo Utoyo (1871–1953),
membacakan mosinya di hadapan sidang College van Gedelegeerden
Volksraad. Mosi tersebut ditandatangani oleh lima orang, yaitu Rup,
Sukawati, Suyono, De Hoog, dan Kusumo Utoyo sendiri. Dalam mosi
berjudul “Tidak Aman Hati di Antara Penduduk Negeri”, Utoyo meminta
penjelasan tentang tindakan Pemerintah Kolonial Hindia-Belanda yang
menangkap sejumlah pimpinan pergerakan. Sejumlah pertanyaan
diajukan Utoyo dalam mosinya, antara lain: “Apakah penangkapan
ini hanya ditujukan kepada anggota Partai Nasional Indonesia (PNI)?;
Apakah pemerintah dan polisi, dengan cara tersebut, akan melakukan
pengawasan kepada perhimpunan-perhimpunan Bumiputera yang
haluannya sangat sederhana?; Apakah rapat-rapat yang terbuka
untuk umum dilarang, atau juga rapat perkumpulan yang tertutup?”
Pelarangan ini menimbulkan keresahan di kalangan rakyat. Oleh
banyak kalangan, Mosi Kusumo Utoyo kerap disebut sebagai “mosi
Pada rapat keresahan” karena ia berulangkali menggunakan ungkapan “perasaan
Volksraad hati yang tidak aman” dalam pidatonya tersebut. Berbagai pertanyaan
tanggal 3 Januari berkecamuk, apakah memang harus demikian nasib penduduk negeri
1930, mantan yang belum bebas dari rasa ketakutan, rakyat yang hidupnya harus
Bupati Jepara selalu diingatkan akan harta dan nyawanya? Nek awan duweke Sang
Nata, nek wengi duweke Dursila (kalau siang milik sang raja, namun
yang menjabat kalau malam milik para kriminal)? 269
posisi Ketua Pada 27 Januari 1930, M.H. Thamrin berpidato di hadapan sidang
Budi Utomo, Volksraad dengan mencetuskan gagasan terkait Nationale Fractie
Kusumo Utoyo (Fraksi Nasional). Salah satu tujuannya, seperti yang ia nyatakan dalam
pidatonya, adalah mewujudkan Indonesia Merdeka dalam waktu
(1871–1953), secepatnya. Fraksi tersebut, walaupun hanya terdiri atas sepuluh orang,
membacakan tetapi memiliki pengaruh yang besar. Salah satu anggota Fraksi Nasional
mosinya di adalah Kusumo Utoyo (Midden-Java/Jawa Tengah), Dwijosewoyo
hadapan sidang (Vorstenlanden/Daerah Kesultanan), Yahya Datuk Kayo (Westkust van
Sumatra/Pantai Barat Sumatra), Mochtar (Palembang), Nya Arif (Aceh),
College van Soangkupon (Oostkust van Sumatra/Pantai Timur Sumatra), Pangeran
Gedelegeerden Ali (Borneo), Sutadi (Midden-Java/Jawa Tengah), Suroso (Oost-Java/
Volksraad. Jawa Timur), dan M.H. Thamrin (West-Java/Jawa Barat).
Selain mengecam penggeledahan rumah anggota PNI, seperti
269 Atashendartini Habsjah (ed.), Perjalanan Panjang Anak Bumi, Op.Cit., hlm. 184
SEJARAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 129
REPUBLIK INDONESIA 1918 – 2018
A BUKU SATU DPR 100 BAB 02B CETAK.indd 129 11/18/19 4:49 AM