Page 273 - BUKU NATIONAL INTEREST DAN AGENDA PEMBANGUNAN
P. 273
MENYERAP ASPIRASI MENCIPTAKAN SOLUSI
NATIONAL INTEREST DAN AGENDA PEMBANGUNAN
Mempertahankan Kepentingan Nasional Dalam
Proyek Kereta-Cepat dan Garuda Indonesia
Dikenal sebagai pribadi yang santun, Rachmat Gobel adalah sosok
yang tidak suka berbicara dalam bahasa yang keras, apalagi di depan publik.
Namun bukan berarti Ia tidak bisa melakukannya. Dalam menghadapi hal yang
bersifat prinsip, Rachmat Gobel juga tidak akan segan untuk bicara lantang dan
ini terlihat jelas dalam pandangannya terhadap kasus proyek pembangunan
kereta cepat Jakarta-Bandung dan PT. Garuda Indonesia.
Dalam soal kereta cepat yang dibangun oleh perusahaan patungan
Indonesia-China PT. Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), sebagai Wakil
Ketua DPR RI/Korinbang Rachmat Gobel melihat, ada sejumlah langkah
pemerintah yang perlu disoroti karena akan sangat mengganggu dalam
menjaga kepentingan nasional. Setidaknya ada tiga (3) poin mendasar yang
perlu dikritisi yaitu tidak adanya sikap yang tidak tegas pemerintah terhadap
KCIC atas terjadinya pembengkakan biaya investasi, penggunaan dana APBN
yang melanggar komitmen bahwa proyek ini bersifat business to business (b
t b), proses alih teknologi yang tidak jelas.
Mengenai masalah PT. Garuda Indonesia, Rachmat Gobel melihat,
pemerintah jangan terlalu cepat membuka opsi untuk melakukan likuidasi
terhadap BUMN yang kini terbelit utang dalam jumlah besar ini. Opsi harus
dibicarakan pada titik terakhir, dan harus mempertimbangkan posisi strategis
Garuda sebagai flight carrier dan berbagai kepentingan nasional yang selama
ini diemban oleh perusahaan ini. Dalam menentukan penyelamatan Garuda
likuidasi tidak bisa hanya didasarkan pada perhitungan faktor keuangan
semata.
Lika Liku Proyek Kereta Cepat
Sejatinya, Rachmat Gobel adalah pendukung pembangunan kereta cepat
seperti yang diprogramkan Presiden Joko Widodo. Oleh karena itulah, meski
memiliki kedekatan dengan Jepang, bahkan Ketua Asosiasi Persahabatan
Indonesia-Jepang dan memiliki preferensi terhadap negara Mata Hari Terbit ini,
Rachmat tidak pernah mempermasalahkan atau mengkritisi ketika pemerintah
memilih menggandeng China dalam menggarap proyek ini.
dpr .g o.id 281