Page 275 - BUKU NATIONAL INTEREST DAN AGENDA PEMBANGUNAN
P. 275
MENYERAP ASPIRASI MENCIPTAKAN SOLUSI
NATIONAL INTEREST DAN AGENDA PEMBANGUNAN
Menteri BUMN yang saat itu dijabat Rini Soemarno meneken MoU
dengan Negara Tirai Bambu untuk rencana kereta cepat Jakarta-Bandung.
China kemudian melakukan studi kelayakan yang diberitakan menghabiskan
dan US$ 5 juta. Langkah Rini itu menandai terjadinya persaingan sengit
Jepang vs China dalam memenangkan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung.
Kemudian dalam waktu singkat yaitu pada 11 Agustus 2015, China mengirim
proposal dengan mengajukan biaya investasi pembangunan US$ 5,585 miliar.
Jepang tidak tinggal diam, merevisi proposal yang pernah dibuat di era SBY,
pada 26 Agustus 2015 negara ini mengajukan proposal dengan penawaran
US$ U$ 6,223 miliar.
Namun entah dari mana datangnya, pada September 2015 muncul
rumor bahwa proyek kereta cepat ini dibatalkan. Rumor itu sempat dibenarkan
Menko Perekonomian saat itu Darmin Nasution. Seperti ditulis Majalah Tempo,
mengutip pendapat Presiden Jokowi, Darmin mengatakan, alasan pembatalan
itu karena jarak Jakarta-Bandung yang hanya 150 km tak layak untuk kereta
cepat. Pernyataan ini mendapat reaksi dari Jepang sehingga Duta Besar
Jepang untuk Indonesia saat itu Tanizaki Yasuaiki menjambangi Kantor Menko
Perekonomian. Pertemuan itu berlangsung pada 23 September 2015.
Namun dalam kesempatan itu Darmin
memberi pernyataan yang berbeda. Kepada
Tanizaki, seperti diberitakan berbagai media,
Darmin menjelaskan bahwa proyek kereta
cepat tetap dilanjutkan dan diserahkan
Kementerian BUMN atau tidak lagi berada
di bawah Kementerian Perhubungan. Juga
dikatakan, proyek ini dijalankan dengan
beberapa syarat yakni tidak menggunakan
dana APBN baik langsung maupun tidak
langsung atau murni b to b. Selain itu juga
ditegaskan bahwa proyek ini tidak mendapat
jaminan pemerintah.
Secara tiba-tiba, pada 1 Oktober 2015
pemerintah melalui Rini Soemarno langsung
mengumumkan bahwa proyek ini akan digarap
oleh China. “Begini soal kereta cepat supaya
dpr .g o.id 283