Page 89 - BUKU NATIONAL INTEREST DAN AGENDA PEMBANGUNAN EDISI KE-2
P. 89

KIPRAH TAHUN KEDUA WAKIL KETUA DPR/KORINBANG DR. (H.C.) RACHMAT GOBEL

                    mengantisipasinya dengan berbagai langkah. Begitu Organisasi Kesehatan
                    Dunia  (WHO) menetapkan Covid-19 sebagai pandemi  global, pemerintah
                    segera menyiapkan berbagai perangkat peraturan yang dibutuhkan.
                       Pada 31 Maret 2020, Presiden Jokowi mengeluarkan Peraturan Pemerintah
                    Pengganti  Undang-Undang  (Perpu) No 1 Tahun  2020  tentang Kebijakan
                    Keuangan Negara dan Stabilitas  Sistem Keuangan Untuk Penanganan
                    Pandemi Covid-19 dan/atau Dalam Rangka Menghadapi  Ancaman Yang
                    Membahayakan Perekonomian dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan. Melalui
                    Sidang Paripurna 12 Mei 2020, DPR RI  menyetujui Perpu ini menjadi Undang-
                    Undang No. 2 Tahun 2020. Inilah yang menjadi fondasi bagi kebijakan untuk
                    melakukan langkah luar biasa dalam penanganan pandemi Covid-19.
                       Melalui pasal UU No 2 Tahun 2020 pemerintah diizinkan untuk menetapkan
                    defisit APBN lebih dari 3% PDB atau di atas batas maksimal yang ditetapkan
                    dalam UU Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara.  UU No 2 ini juga
                    memberi  keleluasan  kepada  pemerintah  melakukan  relokasi pembiayaan
                    dan pendanaan serta memberi sejumlah  insentif untuk membantu dunia
                    usaha dalam menghadapi pandemi.
                       “Tanpa ada UU No.2 Tahun 2020 sebagai fondasi kebijakan, bisa dipastikan
                    APBN tidak akan mampu membiayai berbagai kebutuhan dalam penanganan
                    Covid-19 sehingga dampak pandemi ini akan lebih berat bagi masyarakat,”
                    kata Wakil Ketua DPR RI/Korinbang Rachmat Gobel.


                    APBN 2022 Anggaran Transisi
                       Sesuai  dengan amanah  UU No. 2 Tahun  2020, APBN 2022 adalah
                    kesempatan terakhir untuk menyusun anggaran dengan defisit di atas 3%
                    PDB.  Oleh karena itulah APBN 2022 ini disebut sebagai anggaran transisi,
                    menuju  kembali kepada ketentuan yang  diatur UU No. 17 Tahun  2013
                    tentang  Keuangan  Negara  dimana  defisit  APBN  maksinal  3%  PDB.  Defisit
                    APBN 2023 harus  di  bawah  3% seperti yang berlaku  pada  APBN sebelum
                    pandemi Covid-19.
                       Meski  perekonomian  mulai  membaik,  pembiayaan  APBN  masih
                    membutuhkan  defisit  yang  masih  besar.  Setelah  melalui  pembahasan
                    panjang, melalui Sidang Paripurna pada 30 September 2021, DPR RI
                    menyetujui dan mengesahkan UU APBN 2022 dengan defisit Rp 858,0 triliun
                    atau 4,85% PDB. Defisit ini berasal target pendapatan negara Rp 1.841 triliun
                    dan kebutuhan belanja negara Rp 2.708,7 triliun.
                       Pendapatan negara ditargetkan Rp 1.506,6 triliun dari penerimaan pajak,
                    Rp 33,2 triliun dari penerimaan negara bukan pajak (PNB) dan hibah  Rp 0,6




                                                       71
   84   85   86   87   88   89   90   91   92   93   94