Page 288 - BUKU EMPAT - DPR RI MASA ORDE BARU: MENGUATNYA PERAN NEGARA 1967-1997
P. 288

SEABAD RAKYAT INDONESIA
                  BERPARLEMEN




                                                           Pembekuan Dema beserta aktivitasnya menjadi pijakan awal
                                                   pemerintah untuk melakukan tindakan selanjutnya, yaitu penangkapan
                                                   pimpinan mahasiswa. Dengan penangkapan pimpinan mahasiswa,
                                                   maka reaksi-reaksi penentangannya akan bersifat personal dan
                                                   tanpa diwadahi oleh lembaga resmi. Ketiadaan lembaga resmi akan
                                                   melumpuhkan  aktivitas  mahasiswa,  karena  kekuatan  aksi-aksi
                                                   mahasiswa sangat didukung oleh berfungsinya lembaga  student
                                                   government yang berada dalam naungan Keluarga Mahasiswa atau
                                                   Ikatan  Keluarga  Mahasiswa  (IKM),  seperti  tercantum  dalam  AD/
                                                   ART-nya.
                                                           Setelah dibekukannya Dewan Mahasiswa, sejumlah tokoh
                                                   mahasiswa ditangkap, di antaranya Dodi Ch. Suriadiredja, Lukman
                 ...dalam pernyataan               Hakim, dan Indra K. Budenani dari UI (Jakarta),  Hery Achmadi, Sukmadi
                       resminya Syarif             Indro Cahyono, Iskandar Chotob, Lala Mustafa, Al-Hilal, Aa Tarsono
                Thayeb mengatakan                  (Bandung), M. Shaleh dan HArun Al Rasyid (Surabaya), dan Magdir
                     mahasiswa yang                Ismail (Yogyakarta).  Sementara itu, dalam pernyataan resminya Syarif
                 ditahan dari seluruh              Thayeb mengatakan mahasiswa yang ditahan dari seluruh Indonesia

                  Indonesia meliputi               meliputi kurang lebih 70 orang pimpinan mahasiswa. Laksamana
                       kurang lebih 70             Soedomo sendiri menjelaskan mengenai sebab- sebab penangkapan
                      orang pimpinan               tersebut. Soedomo juga mengatakan bahwa aksi-aksi mereka yang
                            mahasiswa.             jelas-jelas terbukti akan diadili, sedangkan mereka yang tidak terlibat
                                                   akan dibebaskan.
                                                           Beberapa tokoh mahasiswa yang ditangkap tersebut kemudian
                                                   diadili. Misalnya di Medan, pengadilan dijalani oleh sejumlah
                                                   fungsionaris Dema USU. Di Surabaya, Harun Al Rasyd dan Muhammad
                                                   Soleh dari Dema ITS diadili bertepatan dengan pengadilan di Medan.
                                                   Di Bandung, persidangan Heri Achmadi (Ketua Umum Dema ITB),
                                                   Iskadir Chottob, Indro Tjahyono, dan lain-lainnya dilakukan tanggal 31
                                                   Januari 1979. Di Jakarta, pengadilan serupa menimpa Lukman Hakim
                                                   (Ketua Dema UI) dan sejumlah wakil ketua Dema UI. Pengadilan dengan
                                                   tuntutan yang sama, yaitu penghinaan kepada Kepala Negara, juga
                                                   terjadi di Yogyakarta, Semarang, dan Ujung Pandang. Mereka tidak
                                                   dikenakan tuntutan subversif seperti yang terjadi pada mahasiswa
                                                   yang dianggap terlibat dalam Peristiwa Malari 1974.
                                                           Selain penangkapan atas tokoh-tokoh mahasiswa, sepanjang
                                                   tahun 1977 – 1978, pemerintah melakukan tindakan represif terhadap
                                                   sejumlah tokoh kritis lainnya. Beberapa cendikiawan dan tokoh militer
                                                   purnawirawan yang kritis diberikan ancaman peringatan. Di antaranya,
                                                   Prof. Dr. Ismail Sunny, seorang dosen UI dan pakar Hukum Tata





                                       dpr.go.id   284





         Bab IV.indd   284                                                                                          11/21/19   18:13
   283   284   285   286   287   288   289   290   291   292   293